Rabu, 30 Oktober 2019

نصحتنا الأستاذة : "اَنْتِ لَمْ تُرَاعِيْ حَقَّ اللهِ، فَكَيْفَ تَطْلُبِينَ مِنْ اللهِ حقَّكِ ؟"

Bismillah..

Seorang Ustadzah menasehati Kami:

"Kamu belum memperhatikan(menjaga) hak-hak Allah, lalu bagaimana bisa kamu meminta hak-hakmu kepadaNya?"

Hak-Hak Allah :
1. Mentauhidkannya (Haq Allah yang paling besar).
2. Menjauhi perbuatan syirik.
3. Menjaga nikmat yang Ia berikan (harta,  anak,  kesehatan, dan masih banyak lagi).

Hak-Hak Hamba :
1. Diberikan petunjuk di dunia dan di akhirat.
2. Dijanjikan Pahala dan tempat di Jannah.
3. Dan masih banyak lagi.

"Harta yang cukup,
Kesehatan yang berkepanjangan,
Anak banyak yang sholih dan sholihah,
Ilmu yang luas lagi bermanfaat,
Keluarga yang rukun,
Lingkungkan yang baik,
Hafalan Al Quran yang mudah.."

Kalau kita menginginkan semua itu,
Berarti kita sedang menuntut hak kepada Allah.
Pertanyaannya,  "Sudahkah kita tunaikan hak Allah?"

Coba diingat-ingat..

Harta kita sudahkah dimanfaatkan di jalan yang baik?

Harta kita sudahkah didapatkan dengan cara yang halal lagi thayiban?
**
Sudahkah kita jauh dari kata "mendzolimi tubuh" ?

Sudahkah kita jaga semua organ-organ tubuh yang Allah titipkan?
**
Anak-Anak kita sudahkah diajarkan kepadanya apa itu Islam? Apa itu tauhid? siapa rasul dan nabinya? pedoman apa yang menjadi tempat kembalinya?

Anak-Anak kita sudahkah diajarkan kepadanya apa itu birrul walidain? apa itu akhlak dan adab?
**
Ilmu kita sudahkah ditempuh dengan cara yang salim?

Ilmu kita sudahkah dijadikan ia ladang amalmu?
**
Keluarga kita,  sudahkah kita nasehati mereka dengan Islam,  Iman dan Ihsan? sudahkah kita jadikan mereka prioritas yang akan ditanya pertanggung jawabannya kelak di akhirat?

Keluarga kita, sudahkah kita jalin silaturahmi dengan mereka melebih silaturahmi kita dengan orang-orang selain keluarga?
**
Sudahkah amalan baik menjadi keseharian? atau justru maksiat yang senantiasa dilakukan hingga mudah lenyaplah hafalan quran?

Sudahkah Quran menjadi pedoman hidup? Menjadikannya kebutuhan primer sebagaimana kita bernafas, atau justru kita jadikan  nomor sekian?
**
Kalau jawabannya masih ragu-ragu...
Maka bermuhasabahlah dan segeralah berbenah diri.

Mengapa?

Karena,  kalau  suatu ketika harta kita seakan-akan selalu tak cukup.
--
Karena,  kalau  suatu ketika kebugaran badan kita memburuk bukan pada waktunya.
--
Karena, kalau suatu ketika anak kita bersikap kurang baik kepada kita dan jauh dari adab yang sholih.
--
Karena, kalau suatu ketika ilmu kita banyak tapi tak ada satupun pertanyaan dari orang-orang yang bisa  dijawab.
--
Karena,  kalau suatu ketika keluarga kita saling tak rukun dan sibuk memperebutkan hak dunia.
Karena, kalau suatu hari kita ditinggalkan oleh Al Quran dan tak tersisa dibenak kecuali hanya beberapa ayat.
(dan ini semua naudzubillah, semoga tidak akan terjadi pada kita)

Jangan pernah salahkan Rabbmu!
Allah Maha Adil.
Mereka  yang memberikan, memperhatikan, dan menjaga hak Allah kepadaNya maka akan diberikan pula haknya oleh Allah.
Tapi mereka yang meninggalkan hak Allah, maka akan ditinggalkan juga oleh Allah hak-haknya.

Semoga Kita termasuk dari hamba-hamba yang senantiasa menjaga hak-hak Allah. Aamiin Allahumma Aamiin.

Wallahu A'lam Bis Shawab.

-24, Oktober 2019.
(Dirangkum dari ceramah singkat salah satu dosen.)

Sabtu, 19 Oktober 2019

Tentang, "Ilmumu bagaimana kau amalkan?"

Bismillah..
Ada sebuah nasehat untuk para penuntut ilmu,  dari seorang guru.

((Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya)) QS. 99:4.

Ustadzah bertanya kepada kami, "Wahai Murid-muridku tahukah kalian tentang, ((Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya))?
Bahwa semua kejadian yang terjadi pada hari ini akan dilaporkan oleh bumi kepada Allah Taala.

Tentang semua kebaikan dan keburukan yang kita lakukan, akan diketahui oleh Allah semuanya.

Wahai murid-muridku ketahuilah! Bahwa semua yang sedang kalian usahakan, yang sedang kalian perjuangkan,  yang sedang kalian lakukan,  akan ada rekaman dan catatannya kelak di yaumul hisab.

Maka pelajaran penting bagi kalian seorang penuntut ilmu,  dikala kita sedang menuntut ilmu,  banyak sekali pelajaran yang kita dapatkan dari guru.

Jangan pernah menyerah, jangan menyerah!

Karena apa yang kita lakukan hari ini, akan dipersaksikan kelak oleh Bumi.

Jangan kecewa, bila terkadang nilai yang kita dapat tak sebanding dengan perjuangan kita.

Mengapa?

Karena bukan "berapa nilaimu?" yang Allah akan tanyakan di Akhirat kelak. Melainkan Allah akan bertanya, "Ilmumu bagimana kau amalkan?"

Tapi, dengan adanya persaksian bumi jangan pernah juga merasa bangga.

Melainkan, "Takutlah!" Karena sebagaimana ia akan bersaksi atas kebaikan kita. Maka ia juga akan bersaksi atas keburukan kita,  sekecil apapun,  sekecil apapun, sekecil apapun itu.

Maka takutlah untuk bermaksiat walaupun, "ah.. Gaada yang melihat.."

Ingat,  bukan hanya manusia saja yang bisa bersaksi atas perbuatan kita di dunia ini. Tapi seluruh MAKHLUKNYA akan bersaksi. Tangan,  kaki,  mata,  telinga,  mulut,  dan lainnya semua akan bersaksi.

Untuk diri yang kerap kali lupa akan nikmat serta kasih sayang Allah yang begitu besar, yang Ia berikan untuk tiap-tiap hambaNya.

Untuk diri yang kerap kali lupa untuk mensyukuri nikmat Islam dan nikmat sebagai penuntut ilmu..
Mari kita memohon ampunanya,  mari kita kembali dijalan lurusNya,  dan istiqomah dibawah naunganNya.

Kami meminta pengampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya, karena ((dan siapa yang dapat mengampuni dosa kecuali Allah)).

Kami meminta Allah untuk menunjukkan kebenaran kepada kami dan benar-benar menjadikan kami pengikut Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam serta menujukan yang bathil serta menjauhkannya dari Kami. Aamiin.

Wallahu A'lam Bis Shawab.

-Bintu Haris
Bogor,  28 November 2018.
Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dari muhadoroh (ceramah singkat) seorang Ustadzah. (Jazzahaallahu khairan)

@naskahkehidupan
@beakhoirperson

Jumat, 18 Oktober 2019

"Kapan sih selesainya hafalanku ini...?"

Bismillah,
#Pengingat untuk diri
"Kapan sih selesainya hafalanku ini...?"

Kapan berakhir?
Hari ini targetnya satu muka,
besok satu muka lagi,
besok satu muka lagi,
seminggu dua setengah lembar.
Oke, empat juz per enam bulan.
30 juz dalam empat tahun.
Alhamdulillah, selesai.

Lelah,  ya?
Sulit, ya?
Kalau sudah selesai lalu  bagaimana?
Emang kalau sudah berakhir jadi bisa santai?
Emang kalau sudah berakhir jadi nggak perlu menghafal atau membaca-baca ulang?

Jangan "buru-buru" menyelesaikan hafalan Al Quran kalau tujuannya untuk "terbebas" darinya..
Al Quran, Hadis dan Ilmu Agama, bahkan termasuk juga beberapa ilmu dunia bukan suatu hal yang didapatkan untuk segera dilepaskan.

Sekali lagi, hafalan Al Quran bukan sesuatu yang dihafalkan untuk kemudian kita tinggalkan.

Bukan tentang merebutkan "Garis Finish" !
Bukan tentang siapa yang menduduki "Garis Finis" pertama kali.

Tapi Al Quran itu, tentang "Kamu" yang paling sering menyibukkan diri bersamanya, paling sering duduk berdua bersamanya,  paling sering mempraktekan apa yang ada didalamnya sehingga menjadi sebuah adab dan akhlak bagi diri "Kamu."

Lalu,  sampai kapan?
Sampai ruh ada di tenggorokan.
Sampai "taubat" kita sudah tidak diterima lagi oleh Allah.

Al Quran itu tentang "Siapa yang paling banyak" membacanya,  dialah yang semakin menambah pahala amalannya.

Al Quran itu tentang "Siapa yang paling sering" mengulangnya, dialah yang semakin menambah tingkat derajatnya.

Al Quran itu tentang "Siapa yang paling sering" memakainya (membacanya) dalam sholat, dialah yang semakin lancar (mutqin) hafalannya.

Jadi Menghafal Al Quran itu tidak perlu buru-buru,  tapi lebih bernilai kalau niatnya ikhlas memang untuk Allah Taala, ikhlas untuk mengumpulkan pemberat timbangan kebaikan kita di 'yaumul hisab' (hari perhitungan) kelak.

Tapi bukan berarti,  kita juga berlama-lama (alias males-malesan atau seadanya dalam menghafalnya).

Bukan berarti,  "Okay cukup Aku nggak sanggup lagi menghafalnya, capek." Eh begitu datang waktu membaca 'chat' whatsapp atau urusan dunia lainnya,  bisa tuh sampai kantung mata menghitampun.. (Ya,  Allah hindarkanlah kami dari sifat cinta dunia)

Menghafal Al Quran itu sesuatu yang sangat layak diperjuangkan,

Menghafal Al Quran itu sesuatu yang sangat layak diutamakan.

Karena hasilnya gak "ambigu atau abu-abu" alias hasilnya sangat "jelas."
Iya,  sudah jelas bahwa yang menghafal Al Quran, 
Akan memakaikan 'mahkota' bagi kedua orangtuanya kelak,
Akan diberi syafaat di hari kiamat kelak,
Akan dibela di hari kiamat kelak,
Diperlakukan spesial dibanding hamba-hamba lain juga, dan masih banyak janji Allah baginya.

Kalau sudah jelas gini "PRIZE" nya,  kok masih males-malesan aja? kok masih ngeluh "capek" ? kok masih heboh bilang "iih udahan apa.. kan pingin mengerjakan hal  yang lain"...

Astaghfirullah...

Coba diperhatikan,  yang diatas tadi baru 'hadiah' yang memang jelas terdapat dalam Al Quran dan Hadis. Lalu apa kalian lupa, bahwa akan ada 'bonus-bonus' lainnya bagi penghafal Al Quran atau bagi orang-orang yang mengutamakan akhiratnya?

Bonus dunia tentunya (walaupun ini bukan sesuatu yang menjadi tujuan ya.. Tapi biar mata kita kebuka nih! )

Bukankah janji Allah nyata ?
Bahwa "Seseorang yang mengutamakan perkara akhirat maka perkara dunia akan ikut bersamanya"

Ibaratnya mengejar dunia itu kayak kita sedang "berlari mengejar bayangan" bukannya semakin mendekat bayangan kita malah semakin menjauh dan hilang? tapi kalau kita yang menjauh darinya,  justru dia yang mengikuti. Begitu pula kalau kita meninggalkan perkara dunia,  untuk mengerjakan perkara akhirat.

Kalau yang kita kejar akhirat, sekalipun Allah tidak mentakdirkan kita menjadi "orang luar biasa" di dunia,  maka bisa jadi Allah tengah menyiapkan kita untuk menjadi "orang yang luar biasa" di akhirat.

Jadi jangan ragu-ragu lagi.. bergegaslah "Menghafal Al Quran."

Kalau tidak diniatkandidawamkan (dibiasakan), dan dimulai dari sekarang, kapan lagi?

Jangan jadikan Al Quran kebutuhan sekunder,
tapi jadikan kebutuh primer nomor satu dihidup kita.
(Seorang ulama mengatakan "kebutuhan kita terhadap Al Quran, Hadis dan ilmu agama itu bagaikan kita membutuhkan makan dan minum")

Jangan dijadikan hafalan al qurannya nomor sekian,  kalau mau mendapat hafalan yang menjanjikan.

Jangan menolak untuk menghafalnya karena "nggak punya waktu" atau "umur yang sudah tidak muda lagi" atau "aduh banyak anak saya" atau "banyak kerjaan ini"

Afwan (Maaf),    memang gak nyesel kalau nanti ketika di akhirat jadi yang paling terbelakang?
Apalagi disebabkan karena kita biasa "menyepelekan" perkara akhirat?

Ayo jangan mau dikalahkan oleh hawa nafsu diri dan syeithan.

Ingat bahwa di akhirat kelak,  syeithan akan mentertawakan kita karena sudah terjebak pada perangkapnya.

Mereka juga akan berpidato "Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” (QS 14:22)

Naudzubillah..

Wallahu A'lam Bis Shawab

-Bintu Haris
18, Oktober 2019
@naskahkehidupan
@beakhoirperson

Kamis, 17 Oktober 2019

"Semanis Madu, Sepahit Sambiloto"

"Semanis Madu,  Sepahit Sambiloto"

Untukmu yang tengah  berada di ambang kenikmatan,
Untukmu yang tengah berada di puncak kesuksesan,
Untukmu yang tengah berada di atas kebahagiaan,
Untukmu yang tengah berada di pintu pencapaian.

Sampaikan salamku untuk hati,
agar tetap mengikhlaskan niat.
Sampaikan salamku untuk hati,
agar tetap merendah.
Sampaikan salamku untuk hati,
agar tidak merasa ini adalah akhir dari kebahagiaanmu.

Manisnya memang semanis madu yang patut disyukuri,
Manisnya memang semanis madu yang efeknya dapat meningkatkan energi,
Manisnya memang semanis madu yang rasanya membuat bahagia tiada tara.

Tapi,  Ingatlah bahwa kesuksesan dan kebahagiaan itu.
Bisa jadi adalah ujian untukumu,
yakni yang menuntutmu untuk lulus.

Lulus dari ujian kesuksesan,  kebahagiaan,  dan ketenaran dunia,  agar menorehkan hasil akhir bahagia di Syurga.

Apakah hasil ujiannya,  menambah intensitas ibadahmu?
Atau justru mengendorkan ibadahmu?

Apakah hasil ujiannya,  menambah rasa takutmu pada Sang Rabb Pencipta semesta Alam?
Atau justru membuatmu semakin berani terhadapNya?

Apakah hasil ujiannya,  menambah rasa sadarmu bahwa kebahagiaan kekal hanyalah tentang akhir bahagia di Syurga Kelak?

Atau justru membuatmu semakin merasa tinggi,  merasa cukup sempurna,  dan merasa sombong bahwa kebahagiaan tertinggi ya "saat ini",  saat kebahagiaan serta kesuksesan tengah duduk bersamamu?

Ia Semanis Madu,  namun bila gagal.
Pahitnya,  sepahit sambiloto.

Belumkah kau dengar tentang penduduk neraka yang keras kepala dan disiksa dengan azab yang pedih?
Belumkah kau dengar tentang penduduk neraka yang suka merasa sombong dan disiksa dengan azab yang pedih?
Belumkah kau dengar tentang penduduk neraka yang begitu bahagia di dunia,  tapi dia hancur di akhirat?

Sungguh,  ini yang kusebut manisnya semanis madu,  tapi pahit dan hitamnya (suram dan gelap) bagai sambiloto.

"Sepahit Sambiloto,  Semanis Madu"

Untukmu yang tengah  berada di ambang kehancuran,
Untukmu yang tengah berada di puncak kegagalan,
Untukmu yang tengah berada di atas kekecewaan, 
Untukmu yang tengah berada di pintu jurang jauh dari pintu pencapaian.

Sampaikan salamku untuk hati,
agar tetap mengikhlaskan niat.
Sampaikan salamku untuk hati,
agar tetap bersabar.
Sampaikan salamku untuk hati,
agar tidak merasa ini adalah hasil akhir dari doa dan usahamu.

Pahitnya memang sepahit sambiloto yang pahitnya mengguncang kesabaran,
Pahitnya memang sepahit sambiloto yang pahitnya memberi efek buruk terhadap ketangguhan,
Pahitnya memang sepahit sambiloto yang pahitnya membuat sesorang ingin menyerah dari kalimat "Ayo coba lagi, atau ayo  doa dan usaha lagi"

Tapi,  Ingatlah bahwa kegagalan dan kekecewaan itu.
Bisa jadi Ujian bagimu,
yakni yang menuntutmu untuk lulus.

Lulus dari ujian kegagalan,  kesedihan dan kekecewaan dunia,  dan menorehkan hasil akhir bahagia di Syurga.

Apakah kamu tetap bersabar dalam setiap kegagalan ?
Apakah kamu tetap berhusnudzon dari setiap kesulitan yang Allah berikan?
Apakah kamu tetap berdoa dan meminta agar Allah mengangkat segala bentuk kejahilan (kebodohan) ?
Apakah kamu tetap beradab dan mensyukuri setiap cobaan, musibah,  dan kebelum berhasilan dari hidupmu itu?

Atau justru membuatmu semakin merasa jatuh,  merasa begitu tidak sempurna,  dan merasa takdir Allah yang selalu salah?  Atau bahkan merasa bahwa makna keberhasilan, hanyalah keberhasilan "dunia" dan keberhasilan dimana "Si dia yang sukses urus dunianya dan dipuji atau dijunjung tinggi oleh khalayak manusia?"

Ia Sepahit sambiloto,  namun bila bersabar dan gigih.
Manisnya,  semanis madu.

Belumkah kau dengar tentang penduduk Syurga yang tidak dikenal dunia namun dikenal oleh penduduk langit?
Belumkah kau dengar tentang penduduk Syurga yang atas kesabaran dan kerja kerasnya menjadi hamba dengan paling berat timbangan pahala kebaikannya?
Belumkah kau dengar tentang penduduk Syurga yang atas rasa syukurnya menjadi hamba yang menduduki istana di Syurga?
Belumkah kau dengar penduduk Syurga yang kaya padahal ia di dunia adalah sesorang yang bukan "apa-apa" ?

Sungguh,  ini yang kusebut pahitnya sepahit sambiloto,  tapi manisnya bila kita bersabar dan mampu tetap berdoa dan usaha,  semanis madu.

10, Oktober 2019
@naskahkehidupan
@beakhoirperson

Sabtu, 12 Oktober 2019

Seperti kau menghafal Al-Fatihah..

Seperti Kau menghafal Al Fatihah,
Seperti itu juga kau inginkan untuk hafalanmu yang lain.

Kalau begitu mudah,
Kau baca Al Fatihah itu sebanyak lima kali sehari,
Maka bacalah juga hafalanmu lima kali sehari.

Ingatlah, dulu kau juga tidak hafal Al fatihah,
Tapi sekarang?

Yang sulit itu bukan mengulangnya,
Tapi Istiqomahnya.
Yang sulit itu bukan mutqinnya (lancar),
Tapi keikhlasannya.
Asal ada niat ikhlasnya, maka akan ada hasilnya.
Asal ada rasa memiliki dan ingin dimilikinya, maka akan ada ikatannya.

Mutqin (lancar dan tidak lupa-lupa) itu karena terbiasa,

Mutqin (lancar dan tidak lupa-lupa) itu karena usaha yang tak putus-putus,

Janganlah ingin mutqin karena ingin cepat berakhir,

Akan tetapi, ingin mutqin karena ingin naik ke derajat selanjutnya.

Kebaikan itu tidak berujung di dunia.

Tapi berhenti di akhirat.

@BeAKhoirPerson
@Naskahkehidupan

Bogor, 05 September 2019
Bintu Haris

"Aku Mendapati.."

Aku mendapati bahwa sebagian diantara mereka yang hebat. Adalah lahir dari jiwa2 yang memiliki tekad yang luar biasa.
--
Aku mendapati bahwa sebagian diantara mereka yang sukses. Adalah lahir dari jiwa2 yang punya jiwa pantang ditempa.
--
Aku mendapati bahwa sebagian diantara mereka yang bahagia. Adalah lahir dari jiwa2 yang pandai berdoa dan meminta hanya kepada Sang Pencipta.
--
Aku mendapati bahwa sebagian diantara mereka yang pandai. Adalah mereka yang lahir dari jiwa2 yang teliti dan pekerja keras.
--
Kehebatan,  Kesuksesan, Kebahagiaan,  Kepandaian,  dan segala jenis hal2 baik yang ada.
Semuanya ada karena Doa,  Kerja Keras,  Strategi, Kesabaran, dan Ketekunan.
--
Karena tidak ada orang hebat yang lemah,
Karena tidak ada orang sukses yang malas,
Karena tidak ada orang bahagia yang diam ditempat,
Karena tidak ada orang pandai yang hidup tanpa strategi dan rancangan.
--
Semua hal yang menghasilkan sesuatu yang luar biasa,
juga ditempuh dengan cara yang luar biasa.
Maka orang yang menempuh perjalanan hidupnya dengan cara biasa,  maka jarang dari mereka yang menjadi luar biasa.
--
Jangan pernah takut,  karena ketakutan yang kau hadapi adalah "dirimu sendiri".
Jangan pernah malu untuk memulai,  karena yang kau perlu tekan adalah "rasa malumu" itu.
Jangan pernah berharap pada orang lain,  karena yang harus kau harapkan usahanya adalah "dirimu sendiri"
The succes people never been succes without his effort and without beat his fearness.

@Bintuharis
7, May 2019

@naskahkehidupan
@beakhoirperson

(Antara Perpisahan dan Ketakutan)


Yang paling menakutkan dari perpisahan adalah ketakutan akan kenyamanan yang seolah sulit didapatkan dari orang lain. Apalagi harus menemukan dan beradaptasi kembali dengan rumah baru sedangkan rumah lama memberikan begitu banyak kenangan dan kehangatan.

Tapi benak ini tersadar bahwa,  suatu hari rumah baru ini akan berubah menjadi lama dan akan memberikan banyak kenangan pula.

Maka istilah rumah baru dan rumah lama tidak melulu untuk sebuah kecondongan.

Tidak bisa dipilih,  semuanya dicinta dan memberi makna.
Aku menghargai setiap proses yang ada..
Aku mengenang semua kenangan yang ada..
Aku mengingat setiap huruf dan kata yang ada..
Aku menganggumi setiap guru yang pernah mendidik ..
Aku menyayangi setiap teman dan sahabat yang berjuang bersama..

Tapi ini hanya perihal baru dan lama, keduanya akan menjadi sama bila diceritakan beberapa tahun dari hari ini.

Maka tentang perpisahan dan ketakutan,
tenanglah semua yang menaungi kita di dunia baik yang lama maupun yang baru akan menjadi sama di hati.

18, November 2018
@naskahkehidupan
@beakhoirperson

"Belajar dari sejarah.."

Sejarah adalah kejadian di masa lalu yang kini hanya menjadi penggalan cerita lama,  namun baik kita ambil pelajarannya.

Sejarah mengatakan bahwa banyak sekali orang yang bodoh berhasil menjadi orang cerdas karena doa dan usaha yang mereka lakukan.

Sejarah juga mengatakan bahwa banyak sekali orang pintar yang berubah menjadi bodoh karena perilaku serta jauhnya mereka dari Allah taala.

Sejarah juga mengatakan bahwa hidup dengan strategi serta perencanaan yang matang akan mengantarkan seseorang itu kepada sebuah titik keberhasilan.

Sejarah juga mengatakan bahwa hidup asal tanpa perencanaan serta tatanan yang benar akan mengantarkan seseorang itu pada keterpurukan bahkan kebinasaan.

Sejarah juga mengatakan bahwa, seseorang yang hari ini sholih bisa menjadi tholih hanya karena maksiat dan lemahnya iman.

Sejarah juga mengatakan bahwa,  seseorang yang thalih bisa menjadi sholih hanya karena amal baik dan bertambahnya keimanan.

Ya,  banyak sekali FAKTA akan cerita-cerita orang dahulu (alias SEJARAH) yang dari mereka seharusnya kita banyak belajar.

Kalau Bahasa Indonesia punya istilah "Jangan jatuh dilubang yang sama dua kali" maka,  sudah seharusnya ketika kita hendak melakukan sesutu atau sedang merancang sesuatu,  tak ada salahnya melihat sejarah orang-orang terdahulu,  Rasulullah salallahu alaihi wa sallam, para nabi,  sahabat2nya,  tabiin2nya,  tabiut tabiin2nya, kaum2nya,   ulama2nya,  bahkan tokoh2 islam lainnya. Karena barangkali apa yang sedang kita lakukan itu sama dengan apa yang mereka lakukan. Sehingga apabila dahulu mereka gagal atau binasa karena hal tersebut,  jangan sampai kita juga mengulang kegagalan mereka.

Bercerminlah,  karena sesungguhnya kaca bukan hanya untuk memandang keindahan fisik atau kekurangannya. Melainkan juga untuk menggambarkan bagaimana dahulu mereka berperilaku,  dan bagaimana seharusnya sekarang kita berperilaku. Persis kayak cermin spion.

Mereka bilang,  zaman dahulu ya zaman dahulu. Sekarang,  beda lagi,  zaman itu harus di upgrade!  katanya..

Bisa jadi statement ini betul,  namun ingatlah zaman sekarang tidak akan pernah ada tanpa hasil olahan di zaman dahulu. Mana mungkin Islam dengan mudah dipelajari tanpa perjuangan muslim-muslim terdahulu,  mana mungkin Indonesia bisa merdeka tanpa campur tangan tokoh2 terdahulu.
Tidak mesti disamakan,  tapi setidaknya segala hal yang baik-baik dan bisa dipraktekan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas kehidupan sekarang, ya terapkan!

20, September 2019
@naskahkehidupan
@beakhoirperson

Bermimpilah.

Bermimpilah,
Tapi ingat untuk tetap merendah.

Bermimpilah,
Namun jangan jadi budak dunia.

Bermimpilah,
Tapi ingat untuk tetap sadar.

Bermimpilah,
Namun jangan jadi budak manusia.

Bermimpilah,
setinggi dan semampumu.

Bermimpilah,
Namun selalu sertakan doa dan rayuan kepada RabbMu.

Bermimpilah,
ribuan kali tapi jangan lelah kalau dari ribuan percobaan akan ada puluhan cobaan.

Karena mimpi tanpa pengorbanan adalah angan-angan, dan mimpi dengan pengorbanan adalah pencapaian.

Desember 2019,
@Beakhoirperson
@Naskahkehidupan

Rajin VS Malas

Kehidupan itu pilihan,
Mau rajin atau mau malas.

Kalau rajin ibdahanya, belajarnya, membacanya, murojaahnya….
Hasilnya dua, di dunia dan di akhirat.

Kalau malas ibadahnya, malas belajarnya, malas membacanya, malas murojaahnya…
Hasilnya juga dua, di dunia dan di akhirat.

Tapi, Ada yang berbeda.

Apa?

Pintu masuk di akhiratnya.
Satu akan masuk lewat pintu neraka, dan berakhir mendekam disana. (Naudzubillah)
Satu akan masuk lewat pintu Syurga, dan berakhir bahagia disana.
Pilihan ada di tanganmu!

@BeAKhoirPerson
Bogor, 05 September 2019 Bintu Haris

Ya Rabb, Aku mencintaimu..


Ada sebuah cerita tentang perjalanan dunia,
Ada sebuah cerita tentang perjalanan akhirat,
Dan sebuah cerita tentang takdir,  kehidupan,  dan kematian.

Rabbku adalah nomor satu pada urutan pemilik hati ini,
Rabbku adalah nomor satu pada urutan pendengar keluh kesah rasa ini,
Rabbku adalah nomor satu pada urutan penjaga diri ini,
Maka Pasti sudahlah ia Yang Nomor satu untuk jiwa dan raga ini.

Ya Rabb,  Aku mencintaimu..
Aku tak mau hanya sekedar ucapan,
Aku ingin tunjukkan kepadaMu dan kepada dunia,
bahwa cintaku sudah terpatri untukMu secara abadi.
Kini tinggalah bukti dari semua rasa dan kata.
Sejauh mana perbuatan selaras dengan perkataan.

4 September 2019
@naskahkehidupan
@beakhoirperson

((Tanyakan pada seribu penghafal quran..))


Tanyakan pada seribu penghafal quran,
Apakah mereka menghafal quran dengan instan?
Apakah mereka menghafal quran kemudian tiba-tiba langsung lancar?
Tidak ada istilahnya "tiba-tiba".

Semua harus diusahakan.
Karena jawabannya sederhana,
Kalau kita menikmati prosesnya, maka selama proses tersebut kita akan mendapati ketenangan dan rasa nyaman. 

Kalau kita merasa membutuhkan al quran, maka dalam keadaan selelah atau sesulit apapun,  kita tidak akan pernah meninggalkannya.
Karena hubungan itu didasari keikhlasan.
Sehingga menghasilkan hubungan yang kuat.

Itu kan yang kau inginkan?

Setiap membaca atau menghafal al quran..
Kalian menginginkan untuk mutqin (nempel) setelahnya, bukan begitu?

Jadi lalui saja prosesnya..
Jadi jalani saja nikmat susahnya..
Jadi telanlah saja nikmat pahitnya..
Jadi singsingkan saja rasa peluhmu..

Karena suatu hari di akhirat nanti,
Semua yang kau rasakan itu akan terbayar dengan sejumlah pahala.
Yang beratnya tak pernah kau sangka.
Yang beratnya tak pernah kau kira.
Namun semua itu nyata,
Hasil dari semua proses yang kau jalani dengan perasaan nikmat dan ikhlas.

@beakhoirperson
Bogor, 05 September 2019 Bintu Haris

Kita Semua Sama

Kita Semua Sama..

Dia pandai menulis
Dia pandai berbicara
Dia pandai melukis
Dia pandai merajut
Dia pandai menyulam
Semua Kita,  Sama.

Terlahir dari nutfah,
Kemudian menjadi alaqah,
Kemudian menjadi mudgah,
Kemudian membentuk rupa manusia,
Kemudian ditiupkan ruh,
Kemudian dicatatkan takdirnya,
Kemudian dinyatakan islamnya,
Kemudian Lahir ke Dunia,
Semua Kita,  Sama.

Namun..
Ketika di dunia inilah semuanya mulai terasa berbeda,
Ada yang  berbeda nasibnya,
Ada yang berbeda keadaannya,
Ada yang berbeda rizkinya,
Ada yang berbeda fisiknya,
Ada yang berbeda kecerdasannya,
Sebenarnya perbedaan ini sama.

Apa maksudnya?
Iya,  Allah Maha Adil.
Semua itu seimbang.

Ada yang kekurangan disini, maka dia punya kelebihan disitu.
Ada yang kelebihan disini, maka dia punya kekurangan disitu.
Gak pernah liat manusia sempurna kan?

Kalau pernah,  berarti kamu tinggal di negeri dongeng, Katanya..
Mm.. Tapi rupanya negeri dongeng pun gak sesempurna itu.
Cinderella punya ibu tiri yang jahat,
Belle diuji dengan pangeran yg buruk rupa,
Aurora diuji dengan nenek jahat,
Snowhite diuji dengan orang jahat.
terus?

Kenyataan yang diberikan oleh Al Quran dan Sunnah sudah jelas,
Mau menggunakan akal dan angan2 juga udah jelas.. Masih mau membanding-bandingkan..
Stop! Hentikan!
Sebelum banyak jiwa yang gagal karena topik ini.

@beakhoirperson
@naskahkehidupan