Sabtu, 25 Juli 2020

Dimana Engkau dari Perempuan-Perempuan Salehah?



#Sebuah Muhasabah Diri

Duhai murid-muridku, dimana engkau dari mereka yang sedang tersibukkan dengan pena dan kitab?

Dimana engkau dari mereka yang sedang tersibukkan dengan taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah dan menunaikan ajaran agama?

Dimana engkau dari mereka yang sedang tersibukkan dengan ibadah dan amalan yang diridai Rabbnya?

Dimana engkau dari mereka yang sedang memikirkan tentang kepantasan diri menghadap Rabbnya?

Dimana engkau dari mereka yang tiap malam memohon kepada Rabbnya agar diberikan naungan di hari kiamat kelak?

Dimana engkau dari mereka yang senantiasa memegang Al-Quran di tangannya?

Allah telah memberi kita kemudahan untuk beribadah, bermuamalah, dan mencari ilmu di zaman sekarang. Lalu dimana engkau dari kemudahan yang Allah berikan?

Engkauhkah yang senantiasa mensyukuri kemudahan itu? Atau justru yang menyia-nyiakan kemudahan itu?

Maka, muridku.. Inilah pertanyaan yang aku selalu tanyakan pada diriku setiap harinya, dimana aku dari perempuan-perempuan salehah ?

Tanyakan tiap malamnya pada diri kalian masing-masing, jujurlah, agar kesempatan yang masih ada sampai saat ini, senantiasa bisa engkau gunakan untuk terus memperbaiki kesalehahanmu.

Diterjemahkan dari nasehat Syaikha Zainab Musthofa Kaylaniy.
-Bintu Haris


Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu


Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu
(Mentadaburi Tafsir sebuah ayat pada
Surat Al Qasas ayat 25)


(فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ 

الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ)

“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.”  (QS  Al-Qashas : 25)

Ayat yang mulia ini, menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat pemalu. Allah menyifati gadis wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.
Sebagaimana kesimpulan ini didapatkan dari perkataan para sahabat dalam menafsirkan ayat diatas :

1.  Amirul Mukminin Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, gadis itu menemui Musa ‘alaihis salaam dengan pakaian yang tertutup rapat. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 12)

2. Ibnu Abi Hatim berkata bahwa ‘Amir bin Maimun berkata, ‘Umar radhiyallahu 'anhu berkata: “Dia datang berjalan dengan malu-malu dengan menutupkan pakaian ke wajahnya, bukan wanita yang amat berani dan sering keluar rumah.” Isnadnya shahih. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:12)

Maka,  pada hakekatnya semua wanita  diciptakan oleh Allah taala dengan memiliki rasa malu dan hormat yang mulia. Lantas,  bagaimana agar kita bisa menjadi wanita yang memiliki rasa malu ditengah perkembangan zaman seperti ini?

Caranya adalah coba dalami pelajaran ilmu agama,  pelajari pelajaran akhlak dan adab bergaul dengan lawan jenis,  kurangi bergaul dengan para pria termasuk dalam hal chatting dan hubungan di dunia maya,  juga hindari dengan keras berdua-duaan (berkhalwat) di dunia nyata. Sebagaimana yang dicontohkan oleh para shahabiyah dan wanita-wanita zaman dahulu, "Yang Cantik,  karena bermahkotakan rasa malu."

Ya Allah,  Karuniakanlah pada kami (para wanita muslimah) sifat malu yang dapat mengantarkan pada kebaikan .

Wallahu A'lam Bis Shawab.

02, Maret 2019
Ditulis oleh : Bintu Haris

“Kenapa Jangan Malas Menuntut Ilmu?”


“Kenapa Jangan Malas Menuntut Ilmu?”


Abu Hurairah رضي الله عنه ia berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke Syurga.” (HR. Muslim).

Ternyata menuntut ilmu adalah sebuah jalan menuju Syurga, karena dengan ilmu, seseorang akan memahami perkara agama ini dengan shahih (benar). Namun sayang, rasa malas kerap kali menimpa penuntut ilmu. Dengan mengatasnamakan lelah,  atau penat kemudian ia berhenti dan tanpa sadar malah menjauh dari jalan yang benar. Ingatlah perkataan Rasulullah bahwa : “Syurga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat (hawa nafsu)” (HR. Muslim). Maka, seorang penuntut ilmu haruslah menguatkan niatnya untuk tetap berada di jalan menuju Syurga jangan sampai dikalahkan oleh syahwat yang justru mengantarkannya ke dalam neraka –naudzubillahi min dzaalik-.

Salah satu solusi agar seorang penuntut ilmu bisa mengatasi rasa malas yang hadir di tengah perjalananya, adalah dengan mengetahui keutamaan menuntut ilmu, beberapa keutamaan menuntut ilmu yakni :

1.    Allah mengangkat derajat orang yang menuntut ilmu.
Allah berfirman, “Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11) .

2.   Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu), sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang saleh.”

3.   Orang berilmu adalah orang yang takut kepada Allah.
Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Fathir : 28)

4.   Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar.
Allah berfirman, “Allah menganugerahkan Al-Hikmah (pemahaman yang benar terhadap Al-Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (QS. Al-Baqarah : 269)

5.    Ilmu adalah tanda kebaikan Allah kepada seseorang.
Dari Mu’awiyah, Nabi Muhammad bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan membuat dia paham tentang agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

6.   Diperbolehkan hasad kepada ahli ilmu.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه, ia berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran serta orang yang diberi karunia ilmu (Al-Quran dan As-Sunnah) lalu ia amalkan dan mengerjakannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

7.   Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu.
Dalam hadits dari Abu Ad-Darda’ رضي الله عنه disebutkan, Nabi Muhammad bersabda, “ Sungguh para malaikat membentangkan sayapnya karena sebagai tanda ridha terhadap penuntut ilmu.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

8.   Ahli ilmu lebih utama dibandingkan ahli ibadah.
Nabi bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah adalah sepeti keutamaanku atas orang yang paling rendah dari kalian.” (HR. Tirmidzi)

Setelah memahami keutamaan penuntut ilmu, hal yang juga perlu dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah bekal, sehingga perjalanan meraihnya dapat dilalui dengan mudah dan benar. Imam As Syafi’I telah menyebutkan dalam syairnya :

 “Akhi, kalian tidak akan pernah mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara ini, akan aku kabarkan kepadamu secara terperinci yaitu dzakaa-un (kecerdasan), hirsun (semangat), ijtihaadun (cita-cita yang tinggi), bulghatun (bekal), mulazamatul ustadzi (duduk dalam majelis bersama ustadz), tuuluzzamani (waktu yang panjang).”

Imam As Syafi’iy pun menyebutkan dalam kitab Diwan beberapa bekal menuntut ilmu :

1.     Mengikhlaskan niat karena Allah. Karena setiap amalan yang kita lakukan diawali dengan niat, maka niat yang benar akan menghasilkan pahala. Serta ilmu yang dicari tanpa rasa ikhlas hanya mengharap wajah Allah, akan menimbulkan sikap sombong, riya, dan sum’ah bagi pelakunya.

2.    Menghindar dari perbuatan dosa dan maksiat. Suatu hari, Imam Syafi’I mengadu kepada gurunya Syaikh Waki’ tentang hafalannya yang lemah. Syaikh Waki’ pun memberikan nasihat agar imam Syafi’I meninggalkan maksiat; sebab ilmu itu cahaya; dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang suka bermaksiat.

3.    Menuntut ilmu sejak dini. Imam Syafi’I pernah berkata, “Siapa yang kehilangan waktu belajar pada waktu mudanya, maka takbirkan untuknya sebanyak empat kali; anggap saja ia sudah mati.

4.    Mencatat semua ilmu yang didapat dan didengar. Sebab, ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan menulis adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat agar ia tak lepas, begitu pula ilmu yang bisa hilang bila tak dicatat dalam sebuah buku.

5.     Bersabar atas bimbingan syaikh/guru. Sebab guru adalah sosok yang membimbing penuntut ilmu memahami pelajaran, dan melaluinya butuh rasa sabar.

6.     Mengatur waktu dengan baik. Pembaca yang dirahmati oleh Allah, ilmu itu sangat banyak  dan luas sampai disebutkan oleh sebagian ahli balaghah, bahwa “Ilmu itu bagaikan lautan” dan tidak ada makhluk di muka bumi ini yang mengetahui dan menguasai seluruh ilmu. Karena, itu seorang penuntut ilmu harus mengatur waktu belajarnya dengan baik, supaya banyak belajar dan mengetahui banyak ilmu.

7.     Menikmati ilmu yang dipelajari. Sebab dengan menikmati ilmu, seseorang akan bersemangat mencarinya.

8.    Bergaul dengan orang berilmu dan saleh. Sebab, berteman dengan mereka sangat bermanfaat dan bergaul dengan mereka akan membawa keuntungan.

9.    Merantau untuk mencari ilmu. Imam Syafi’I pernah berkata, “Merantaulah, karena engkau akan mendapat ganti yang lebih baik dari apa yang engkau tinggalkan.”

10.  Menghargai pendapat orang lain. Ketika seorang penuntut ilmu sedang berdiskusi dengan guru atau temannya maka hormatilah pandangan orang lain. Karena tentu engkau juga ingin pendapatmu dihargai, janganlah sombong atau keras kepala.

11.   Jangan pernah puas dengan ilmu. Imam Syafi’i  pernah berkata, “Setiap ilmuku bertambah. Maka bertambah pula pengetahuanku dan kebodohanku.” 

Setelah memahami dua poin diatas, salah satu hal yang juga tidak boleh terlupakan oleh penuntut ilmu adalah doa. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad ) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186).

Ilmu adalah karunia yang Allah berikan kepada hamba-hamba pilihan, untuk mendapatkannya bukan sekedar memerlukan niat dan usaha, namun doa dan permintaan untuk mendapatkannya juga harus selalu dipanjatkan. Salah satunya adalah doa yang kerap kali kita baca ketika dzikir pagi, “Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa. (Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima).”

Terakhir, teruntuk penulis pribadi dan pembaca yang dirahmati oleh Allah, semangatlah dalam menuntut ilmu dan buanglah rasa malas. Niatkan setiap langkah ikhlas hanya mengharap ridha Allah, belajarlah dengan tekun dan sungguh-sungguh, amalkan setiap ilmu yang kau miliki di dalam kehidupan, serta berdoa kepada Allah agar selalu dikaruniakan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Terutama, ilmu yang dapat mengantarkan dan memudahkan jalan kita menuju Syurga-Nya.

Wallahu Taala A’lam Bis Shawab.

Ditulis oleh : Bintu Haris

Sumber Tulisan :
1.     Al Quran
2.     Hadis Bukhori dan Muslim dan Kutubus Sittah.
3.     Imam Badrudin Ibnu Jama’ah, (672 H) Tadzkirotus Sami’ Wal Mutakallim.
4.     Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin, (1434 H) Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi.
5.     Muhammad Yasir, (1441 H) Buku Berjalan Jauh Mencari Ilmu.