Selasa, 29 September 2020

"Janganlah kau terburu-buru dalam menuntut ilmu"


Beberapa bulan yang lalu Ana menyampaikan pada seorang Syeikh (semoga Allah melindungi beliau), tentang Ana yang merasa tidak ada perkembangan dalam pemahaman ilmu terutama dalam ilmu bahasa arab. Kemudian Beliau menasehati Ana,  "Nafilah Sesungguhnya kamu bukanlah tidak mengalami perkembangan,  melainkan kamu tidak merasakan perkembangan itu atau mungkin belum,  namun tunggulah beberapa tahun,  maka kamu akan melihat perkembangan yang lebih banyak."

Hari ini, kala Ana mendengar muhadoroh syeikh profesor doktor Abdus Salam As Syuwair (semoga Allah melindungi beliau) : 

"Kalau kamu mengira bahwa kamu belum merasakan manfaat dari ilmumu, sesungguhnya kamu sudah mengambil manfaat darinya,  tapi kamu belum bisa mengetahui kemanfaatannya kecuali setelah kamu menghabiskan waktu yang lebih lama lagi di majelis ilmu." 

Dari kedua nasehat ini, maka Ana pun tahu bahwa ilmu tidaklah didapat satu atau dua hari,  akan tetapi didapat oleh waktu yang lama. Mungkin sekarang, Ana belum merasakan manfaat atau perkembangan dari ilmu yang sedang dipelajari. Namun setelah bertahun tahun dengan terus menuntut ilmu maka -dengan izin Allah- semoga Ana akan mengetahuinya.

Kesimpulannya :

"Terburu buru dalam menuntut ilmu itu adalah hal yang bahaya,  janganlah seseorang terburu-buru dalam mendapatkannya,  tidak juga dalam memahaminya,  tidak juga dalam menghafalnya,  dan tidak juga dalam mengajarkannya. Karena sungguh,  ilmu itu tidak didapatkan dengan terburu-buru, melainkan didapatkan dengan perlahan-lahan."

Wallahu Ta'aala A'lam bis shawab
-Bintu Haris

"Kan Kugunakan Waktu Ini Sebaik-baiknya"

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang :

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ.

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara :
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.” 
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341, Hadis Shahih)

Ummahat dan Akhowat yang Kami cintai karena Allah, tak ada yang tau kapan Allah akan memulangkan kita semua ke kampung akhirat.

Telah dikabarkan bahwa dunia ini hanyalah persinggahan sementara,  maka yang harus kita lakukan adalah mencari bekal sebaik-baiknya untuk kelak mencapai kebahagiaan akhirat yang abadi. Kita ini layaknya musafir, yang pasti akan kembali.

Maka manfaatkanlah setiap waktu yang Antunna miliki. Bila sebelumnya disibukkan dengan menuntut ilmu di suatu majelis,  kemudian Allah takdirkan antunna tak bisa lagi menuntut ilmu di majelis tersebut,  maka janganlah waktu-waktu yang biasa antunna gunakan dalam kemanfaatan itu hilang begitu saja. 

Bergegaslah untuk mencari majelis lain, yang dapat menyibukkan Antunna dari kesibukkan dunia yang tak ada manfaatnya. Karena seorang mumin dan muminah yang sejati adalah yang istiqomah dalam setiap amalannya.

Hari ini pintu-pintu majelis ilmu dibuka dengan lebarnya,  tak ada satu waktu pun yang tak bisa kita temukan kecuali di dalamnya terdapat majelis-majelis ilmu. Apalagi dengan wasilah yang ada pada zaman ini, keberadaan hp,  laptop,  tv,  radio,  dll, memudahkan antunna untuk menuntut ilmu tanpa harus menempuh perjalanan jauh,  tanpa harus menghabiskan waktu perjalanan yang lama.

Maka manfaatkanlah setiap waktu luang Antunna, jangan sampai kekosongan waktu membuat kita lalai. Dan jangan sampai kelalaian kita hari ini membuat kita menyesal kelak di hadapan Rabbul 'aalamiin.

Semoga Allah menjaga keikhlasan hati, keistiqomahan,  dan ketetapan hati terhadap agama islam ini. Aamiin.

Wallahu A'lam Bis Shawab.

#Sebuah nasihat yang ditulis untuk diri kami pribadi,  dan untuk akhowat dan ummahat (grup pembelajaran durussullughoh) yang Kami cintai karena Allah Taala.

- Bintu Haris

"Yang Aku sembah inilah yang menentukan keberhasilan ku dalam menuntut ilmu"



Dahulu para salaf menyadari bahwa tidak mungkin mereka mendapatkan ilmu kecuali oleh sebab kehendak Allah..
Begitu pula dengan rezeki,  tidak mungkin mendapatkannya kecuali oleh sebab kehendak Allah..
Begitu pula dengan ketenangan hidup,  tidak mungkin mendapatkannya kecuali oleh sebab kehendak Allah..

Pertanyaanya, mengapa kerap kali engkau masih sadarkan itu semua pada dirimu yang sama sekali tak bisa menghendaki apa-apa?

Dahulu para salaf bukan hanya sibuk menuntut ilmu,  namun mereka juga sibuk beribadah. Karena mereka tau,  bahwa yang mampu menjadikan ilmu tersebut ada pada mereka hanyalah Allah Taala,  Rabb mereka.

Tanpa kehedak,  taufik,  dan hidayah dari Allah,  ilmu yang diperjuangkan dengan keras,  harta yang dicari dengan kepayahan,  ketenangan yang diusahakan dengan kesusahan,  adalah 'ketiadaan'. 

Karena semua itu ada,  karena kehendak yang Allah berikan untuk kita.

Lalu,  apa yang harus diri ini lakukan?
Yang harus dilakukan adalah mengikuti hidupnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan para salaf (sahabat, tabiiin, atbaut taabiin).
Mereka hidup seimbang.

Bila di siang hari disibukkan oleh menuntut ilmu,  mencari rezeki,  bermuamalah dengan sesama,  maka manfaatkanlah waktu malam untuk bermunajat kepada Allah, khusus untuk memohon kepadaNya. 

Ingatlah firman Allah Ta'aala :

(وَجَعَلۡنَا ٱلَّیۡلَ لِبَاسࣰا ۝  وَجَعَلۡنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشࣰا)

"Dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian. dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan."
[Surat An-Naba' 10 - 11]

Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam :

" ينزل رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ"

"Tuhan kita Tabaaraka wa ta'ala turun pada setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, Dia berfirman, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku berikan, siapa yang minta ampun kepada-Ku akan Aku ampuni."
(HR. Bukhari no.1145 dan Muslim no. 1808)

Sekarang, kita sering kali mencari waktu-waktu mustajab (diterimaNya) doa,  padahal Allah telah menyediakannya khusus setiap hari di sepertiga malam terakhirnya,  maka masikah engkau ragu untuk bersegera mendapatkan kehendak,  taufik, serta hidayahNya? 

Bangunlah disepertiga malam terakhir,  adukan dan mohonkan setiap keinginan yang belum tercapai. Karena sungguh,  Allah jadikan malam hari itu agar engkau keluhkan semua rasa dan harapan di siang hari, sehingga datang pagi harinya lagi dan kau sudah mendapati dirimu lebih berlapang dada.

Kini masalahnya bukan pada usaha yang tak kunjung membuahkan hasil, namun lontarkanlah pertanyaan ini pada dirimu sendiri :

 "Sudahkah engkau berdoa kepada Allah pada tiap sepertiga malam terakhir,  dengan meyakinkan diri bahwa  'yang Aku sembah inilah yang menentukan keberhasilan ku dalam menuntut ilmu' , 'yang Aku sembah inilah yang menentukan keberhasilan ku dalam mendakwahi saudaraku' , 'yang Aku sembah inilah yang menentukan rezeki yang ada pada keluargaku' ?"

Manusia itu patut merendah di depan Rabbnya, karena Rabbnya-lah yang menjadikan kehendak sesuatu pada diri manusia tersebut.

Wallahu Ta'aala A'lam Bis Shawab
#Sebuah nasehat untuk diri
- Bintu Haris