Kamis, 28 Mei 2020

"Rupanya betul, yang dibutuhkan bukan sekedar fasilitas."

"Rupanya betul,  yang dibutuhkan bukan sekedar fasilitas.
Namun kualitas."

Pagi tadi kampus kami kedatangan dua orang ustadz dari salah satu ma'had internasional besar di Indonesia.
Mereka mempresentasikan ma'hadnya yang berjenjangkan SD-SMP-SMA. Maa Syaa Allah,  presentasi yang singkat namun mudah dipahami. 
Diakhir perjumpaan mereka mengungkapkan tujuan dan maksud mereka berkunjung kesini. Mereka ingin merekrut Muhafidzoh,  Musyrifah,  dan Ustadzah untuk sekolah mereka. 

Satu hal yang membuat Ana tersadar,  mereka menawarkan "The real teacher is the learner" guru-guru yang mau berjuang bersama ma'had ini,  setiap minggunya di upgrading (baik dari segi keilmuan, keterampilan,  dan keahlian) dan diajarkan pelajaran baru,  baik dari segi diiniyah (ilmu agama),  ilmu duniawi maupun ilmu pengajaran. Mereka sama sekali tidak menawarkan sejumlah finansial, padahal ma'had ini lebih dari mampu memberikan finansial seberapapun. 

Inilah poinnya,  yang mereka perhatikan dan inginkan adalah kualitas,  bukan sekedar fasilitas.

Ini membuat Ana tersadar,  bahwa kualitas ilmu kitalah yang selama ini harus selalu kita perbaiki, benahi,  murojaah (ulang kembali),  dan kita tambah. Karena seberapapun fasilitas ataupun penunjang yang melatari kita,  tapi kalau kualitas tak di asah,  maka fasilitas hanya sekedar pajangan tanpa hasil yang diharapkan.
Betul tidak?

"Tetap bekerja walau tak punya pekerjaan tetap"

Adik : Bu pekerjaan tetap itu apa aja?
Ibu : Dokter,  guru...
Adik : terus-terus bu apa lagi?
bapak : Yang penting itu bukan pekerjaan tetap,  tapi tetap bekerja bagaimana pun keadaannya.

Sebuah percakapan sederhana yang terlontar begitu saja,  tapi maknanya dalam. 

Ini tentang laki-laki pertamaku,  bapak.
Bapak bukan lagi orang yang baru dalam kehidupan,  tapi sudah cukup banyak melalang buana. Aku menjadi saksi jatuh bangun kehidupannya,  tapi satu hal yang Aku tau bahwa perkataan "tetap bekerja" adalah nyata. 

Ia pernah mengalami berada di titik terendah dalam sebuah pekerjaan,  tapi Aku anaknya belum pernah sama sekali melihatnya berhenti bekerja. Tidur lagi setelah subuh,  leyeh-leyeh pagi hari, ngobrol-ngobrol gak penting adalah daftar yang harus dicoret dari kebiasaannya. Seberapa sulit pekerjaan yang  ia peroleh ia tetap bekerja, asalkan halal. Meski tak lagi tentang jas atau ac perkantoran,  meski tak lagi tentang bekerja dengan puluhan karyawan,  meski mobil bukan lagi menjadi kendaraan pergi bekerja,  meski kalkulator bukan lagi alat pekerjaannya, ia tetap bekerja. 

Tak pernah ia duduk dan berkhayal atau menonton drama yang tak ada gunanya. Kesehariannnya hanya soal bekerja mencari nafkah yang halal,  beribadah,  berdoa,  dan menuntut ilmu. 

Aku yakin kalian juga punya bapak seistimewa diriku walaupun dalam sudut pandang yang berbeda. 

Tak ada maksud diri berbangga,  karena seberapa hebat bapakku kesempurnaann hanyalah milik Rabb Azza Wa Jalla. Ia tetap hamba fakir Allah,  tapi ia tauladan yang hebat bagiku setelah Rasul, nabi dan para sahabatnya.

Ini Kusampaikan untuk seluruh laki-laki yang masih belum berkeluarga ataupun yang baru merintis sebuah rumah tangga atau bahkan yang sudah lama berkeluarga. 

Istri dan anak adalah tanggung jawab besar yang sudah selayaknya dinafkahi dan dipenuhi haknya, ajarkan mereka untuk hidup sederhana agar bisa menerima bagaimanapun keadaanmu kelak,  tapi istimewakan dan banggakan mereka bahwa "Suami dan bapak mereka adalah tauladan hebat yang selalu bekerja" tidak perlu terpatok pada rasa mengeluh akan "kehilangan pekerjaan" dan "turun jabatan" karena masing-masing rizki telah diatur oleh Allah Taala,  dan jalurnya bisa lewat pintu mana saja. Mungkin dari istri atau mungkin dari anak. 

Tapi kau adalah kepala keluarga,  yang bagaimanapun keadaanmu tetap tidak boleh terlihat manja atau lemah. Tidak bisa berpangku diri dan hanya meratapi nasib. Tetaplah bekerja walaupun tidak punya pekerjaan "tetap",  sesederhana apapun kau menganggap pekerjaan itu adalah tetap dinilai sebuah pengorbanan. Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar setiap hamba yang rajin berdoa,  bekerja dan beribadah. 

16, Maret 2020
- Bintu Haris