Jumat, 23 April 2021

Harapan yang Tak Terkabulkan

"Allah inginkan kebaikan yang banyak untuk hambanya,  maka Allah palingkan ia dari sebuah harapan."

 Sepenggal kisah Nabi Yusuf 'alaihissalaam...

Mengingat sedikit cerita Nabi Yusuf 'alaihissalaam,  kisah ketika ia berada di dalam penjara dan menafsirkan mimpi dari dua orang pemuda yang juga sama-sama berada di dalamnya. Beberapa waktu kemudian Allah bebaskan kedua pemuda ini, maka tinggalah Nabi Yusuf di dalam sana. Pada saat itu sebelum keduanya pergi,  Nabi Yusuf berpesan agar mereka menyampaikan kepada Raja untuk membebaskannya.

Allah menjadikan kedua pemuda ini lupa untuk menyampaikan pesan Nabi Yusuf. Akhirnya ia hidup di dalam penjara bertahun tahun lamanya. Hingga suatu ketika raja bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus,  dan terdapat 7 bulir gandum yang subur dengan 7 bulir gandum yang kering, ia pun meminta  kepada menteri mentrinya untuk menafsirkan mimpi ini. Namun mereka tidak mampu menafsirkan mimpi tersebut dan justru memalingkannya dari mimpi itu. Namun raja masih penasaran hingga di antara mereka ada pemberi minum raja (ia adalah salah pemuda yang dahulu berada di penjara bersama dengan nabi yusuf dan ditafsirkan mimpinya), ia pun teringat dengan Nabi Yusuf dan mengatakan kepada raja bahwa ada seorang pemuda di penjara yang mampu menafsirkan mimpi dengan baik. Akhirnya ia pergi menemui Nabi Yusuf dan menyampaikan mimpi sang raja, kemudian Nabi Yusuf menafsirkannya : bahwa sapi yang gemuk dan tujuh bulir itu adalah tujuh tahun dimana pada tahun itu penuh kebaikan dan keberkahan. Dan kemudian Nabi Yusuf juga memberikan solusi bahwa dalam mengatasi hal tersebut,  mereka harus menyimpan hasil tanaman mereka untuk menghadapi tahun-tahun kemarau setelahnya dengan cara membiarkannya di bulirnya kecuali sedikit untuk di makan, sampai Allah akan membukakan kelapangan setelahnya.

Setelah raja mengetahui tafsir mimpi itu,  ia pun senang dan meminta utusannya untuk membawa Nabi Yusuf kehadapannya,  tapi Nabi Yusuf enggan sampai jelas kebersihan nama dan dirinya atas tuduhan kesalahan dan agar raja mengetahui tentang apa sebenarnya yang terjadi pada kaum wanita di kota itu (dahulu). Singkat cerita Raja pun mengirim utusan untuk menemui istri al aziz dan wanita wanita lainnya serta bertanya kepada mereka tentang masalah Nabi Yusuf, dan mereka pun mengakui kesalahannya dan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun keburukan dari diri Nabi Yusuf. Setelah dirinya terbebas dari tuduhan (yang salah itu)Nabi Yusuf pun keluar dari penjara dan ditawarkan oleh Raja untuk memilih jabatan yang ia mau,  dan Nabi Yusuf pun memilih untuk menjadi bendaharawan negeri Mesir.


Dari penggalan kisah yusuf ini,  ada sebuah 'ibrah (pelajaran) besar yang bisa kita renungi.

Yakinlah bahwa ketetapan Allah adalah takdir terbaik bagi diri kita,  dan belum tentu apa yang menjadi keinginan kita terbaik bagi diri kita. Kalau kita menengok sedikit ke belakang,  Nabi Yusuf pernah menitipkan pesan kepada dua pemuda  agar menyampaikan pesan kepada raja agar membebaskannya, tapi Allah menetapkan bahwa keduanya lupa,  sehingga Nabi Yusuf masih berada di penjara sampai beberapa tahun setelahnya. Seandainya mereka ingat dan Nabi Yusuf bebas pada saat itu maka Nabi Yusuf akan kembali menjadi budak al aziz (sebagaimana dahulu sebelum ia masuk ke dalam penjara),  dan tidak akan pernah memiliki kedudukan apapun di Negeri Mesir, dan bisa jadi suatu hari nanti fitnah yang sama akan terulang. Tapi rupanya Allah menginginkan hal yang lebih baik bagi dirinya, yang telah disiapkan,  hingga menjadikan Nabi Yusuf menetap lebih lama lagi di penjara namun setelahnya Allah bersihkan nama Nabi Yusuf dan Allah angkat derajatnya hingga menjadi salah satu orang tertinggi di negeri mesir.

Maka inilah hikmah kisah di atas, terkadang kita kecewa karena keinginan kita belum terkabulkan,  tapi ingatlah bahwa di setiap ketetapan pasti ada rahasia yang tengah Allah simpan. Bisa jadi Allah telah mempersiapkan hadiah yang lebih baik untuk kita di beberapa waktu setelahnya.  Selalu bersabarlah dan berserah, karena bukan kita yang lebih tahu atas apa yang terbaik untuk diri ini, melainkan Allah lah satu-satunya yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri hambaNya. Wallahu A’lam.

Selamat merenung,  wahai jiwa yang lemah:(

10 Ramadhan, 1443H

Bintu Haris/ Sebuah Catatan Faedah Pelajaran Tafsir dengan Syeikha Aisyah Ali Murshid -hafidzhallahu ta’aala-