Selasa, 12 Januari 2021

"اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا ، و اعمل لأخرتك كأنك تموت غدا"



"Kerjakanlah amalanmu di dunia seakan-akan kamu akan tinggal selamanya,  dan kerjakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan kembali (ke sisi Allah Taala) esok."

Camkan bahwa mungkin malaikat maut sedang menunggu waktu mencabut nyawamu.
Camkan bahwa mungkin sholatmu hari ini bisa jadi menjadi sholat terakhirmu.
Camkan bahwa mungkin perjumpaanmu dengan orang yang kamu sayangi  bisa menjadi pertemuan terakhir.
Lalu,  sudah seberapa banyak bekal akhiratmu?

Kalau kita merasa bahwa hidup di dunia ini selama-lamanya maka segala list mimpi (keduniaan) akan kita abaikan sementara, "toh bakal hidup selama-lamanya."
Setidaknya "amalan akhirat" yang  kerap kali kita abaikan, akan sebaliknya yakni kita lakukan setaat dan sesempurna mungkin,  karena ini akan menjadi titik akhir perjuangan mengumpulkan bekal akhirat. 

Sayangnya kita sering lupa,  dan harus selalu diingatkan.
Kita sibuk wara wiri di dunia,  meraih penghargaan ini,  meraih gelar itu,  mengerjakan tugas organisasi ini,  dan lain-lain. Sehingga hal tersebut membuat kita lupa,  bahwa ada "Bekal akhirat" yang menunggu untuk dipenuhi dan disiapkan.

Bukankah kita tau bahwa untuk melakukan perjalanan panjang  butuh banyak bekal?
Dunia ini adalah setengah dari awal perjalanan kita,  kalau di dunia kita sudah abai dari "mencari bekal akhirat" besok ketika sampai di destinasi berikutnya, yaitu "alam kubur" apa yang mau dipertaruhkan ?
Mau bagaimana cara kita bertahan?

Belum lagi destinasi setelah itu masih banyak,  ada hari kiamat,  hari  kebangkitan,  hari berkumpul di padang mahsyar,  hari perhitungan,  hari penimbangan, jembatan shiratul mustaqim. Sebanyak apa bekal yang sudah kamu siapkan untuk melalui itu semua,  sampai terhadap sholat lima waktumu saja masih sering terabaikan? sampai untuk bersedekah saja berpikir panjang (karena takut kehabisan uang) ?

Mungkin kalimat di atas perlu kita tegaskan pada masing-masing diri,  kalau perlu kita tulis besar-besar di kamar.
"Esok bisa jadi malaikat mencabut nyawamu!"
 Agar ketika dunia ini tengah mengalihkan pikiranmu akan akhirat,  kita segera ingat bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara. Ibarat perjalanan menuju Surabaya dari Jakarta,  maka kita baru sampai di rest area pertama, dan  perjalanan  masih amat jauh. 

Maka perbekalan pun harus diisi sebanyak mungkin, agar selamat sampai tujuan terindah,  yakni Syurganya Allah.
Teruntuk diri,  yuk perbaiki kekhusyukan shalat !
Teruntuk diri,  yuk perbaiki keikhlasan bershadaqah !
Teruntuk diri,  yuk perbaiki akhlak,  jauhi rasa egois dan amarah tinggi!
Teruntuk diri,  yuk perbanyak doa dan dzikir kepadaNya !
Teruntuk diri,  stop dulu yuk mengurusi urusan dunia yang tak ada ujungnya,  dan mulai berbenah diri akan persiapan menuju akhirat.

Karena kenyataannya dunia ini hanya sementara.
Buat apa kita mencari banyak kenikmatan dunia sampai-sampai menimbunnya,  kalau pada akhirnya yang kita butuhkan hanya satu,  yakni amalan baik.

Imam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- pernah mengatakan : "Tidaklah ia dapat melihat kenikmatan akhirat kecuali ia telah melihat kenikmatan dunia terlebih dahulu."

Benar,  kita boleh menikmati dunia ini,  tapi secukupnya. Karena terkadang kalau dunia ini tidak dibatasi,  khawatir diri kita melampaui batas dan jatuh terlena.
Hakekat nikmat yang harus kita rasakan adalah kala harta, pekerjaan,  dan kedudukan dunia menjadikan wasilah dalam mengumpulkan bekal akhirat.

Kedudukan, harta, pekerjaan tak ada satupun yang dapat berguna di akhirat kelak..
Kecuali hal tersebut yang telah berbentuk dalam amalan baik (contoh : selama di dunia ia gunakan hartanya untuk bersedekah,  selama bekerja di dunia ia tepati amanah pekerjannya tidak keluar di waktu jam kerja,  kedudukannya ia gunakan seadil mungkin bukan untuk berbuat curang)

Teman dan orang-orang yang sangat menyayangi kitapun esok sibuk mengurusi pertanggung jawabannya masing-masing.

Lalu apa yang kau agung-agungkan dari dunia yang hanya sebagai persinggahan mencari bekal akhirat semata?
Wallahu A'lam.

#Muhasabah diri
1, Maret 2020
@beakhoirperson
-Bintu Haris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar