بسم الله الرحمن الرحيم
Al
Qowaidul Mutsla Fi Shifaatillahi Wa Asmaaihil Husna
Biografi
Syeikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin & Sekilas Tentang Kitab
v Nama
pengarang kitab
Pengarang kitab
ini, adalah seseorang yang tidak asing lagi di telinga para salafiyyin dan
ahlussunnah, khususnya thalabul ilm. Beliau adalah Syeikh Muhammad ibn Sholih
ibn Utsaimin Al Muqbil Al Wuhaibi At Tamiimi. Kunyah beliau adalah Abu
Abdillah.
v Tempat
tanggal lahir
Syeikh Utsaimin
dilahirkan di kota Unaizah, salah satu kota diantara kota-kota yang ada di
Qosim. Beliau dilahirkan tahun 1347 H pada tanggal 27 Ramadhan, bertepatan
dengan 29 Maret 1921 M.
v Pertumbuhan
beliau dan kondisi keluarga
·
Syeikh Utsaimin
dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang dikenal dengan istiqomahnya, dikenal
dengan kebaikannya di dalam agama.
·
Beliau Rahimahullah,
di awal mempelajari ilmu agama adalah belajar dengan sebagian keluarga Beliau.
·
Hali ini
menunjukkan bahwa keluarga beliau adalah keluarga yang diliputi dengan ilmu
agama, ketaatan, dan ibadah.
·
Beliau
belajar dari sebagian keluarga beliau. Seperti misalnya ia belajar dari kakeknya (dari
arah ibu).
·
Kakek beliau
(dari arah ibu) adalah seorang ulama yang
bernama Abdurrahman bin Sulayman AAlu Daamikh -rahimahullah-
·
Beliau
(Syeikh Utsaimin) membaca dan menyelesaikan hafalan al quran di tangan
kakeknya.
·
Kemudian setelah
itu beliau mulai menuntut ilmu, hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya mencukupkan
diri dengan al qurannya.
·
Al Quran adalah dasar ilmu, sumber ilmu, dan
ada baiknya seseorang mempelajari al quran sebagai dasar seluruh ilmu sebelum
mempelajari ilmu lainnya.
·
Kemudian beliau
mempelajari ilmu khot (kaligrafi) bagaimana cara menulis, dan mempelajari beberapa
cabang ilmu adab yaitu keindahan bahasa.
v Sosok
beliau (Syeikh Utsaimin)
·
Beliau rahimahullah
diberikan rezeki oleh Allah dengan kecerdasan dan juga kesucian hati.
·
Karena
sebagian orang hanya diberikan oleh Allah kecerdasan namun tidak diberikan
kesucian hati.
·
Hal ini seperti
orang-orang Ahlu Kalam, mereka diberikan kecerdasan namun tidak dibrikan
kesucian hati.
·
Sebagaimana
perkataan ibnu taimiyyah terhadap orang-orang ahlu kalam :
" أنهم أوتوا فهوماً
ولم يؤتوا علوماً, وأوتوا ذكاء ولم يؤتوا زكاء"
“Mereka diberikan kemampuan memahami akan
tetapi tidak diberi ilmu, dan mereka diberi kecerdasan akan tetapi tidak diberi
kesucian (hati).”
·
Dan beliau,
Syeikh Utsaimin diberikan oleh Allah berupa kecerdasan dan kesucian hati.
·
Dan beliau
juga diberikan oleh Allah Taala, tekad yang membara dan keinginan yang kuat
dalam mendapatkan ilmu agama.
·
Sehingga
beliau bersama dengan yang lain memenuhi majelis-majelis ulama di zaman beliau.
·
Termasuk
diantaranya adalah, diantara guru yang beliau pernah belajar darinya Salah seorang guru beliau adalah Syeikh Abdurrahman
Bin Nashir As Sa’diy.
v Guru
Beliau (Syeikh Abdurrahman Bin Nashir As Sa’diy)
·
Adalah salah
seorang mufassir (ahli tafsir)
· Diantara kitab tafsir karangan beliau yang
terkenal adalah Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan (atau
sekarang dikenal dengan nama Tafsir As Sa’diy)
·
Beliau
adalah salah seorang guru Syeikh Utsaimin.
·
Syeikh
Abdurrahman As- Sa’diy juga seorang ahli
fikih, beliau memiliki banyak perhatian yang besar tentang ilmu fikih. Sehingga
hal ini memiliki pengaruh terhadap muridnya yaitu Syeikh Utsaimin.
·
Dahulu
Syeikh Abdurrahman As Sa’diy mengangkat dua diantara murid-muridnya untuk
mengajarkan ilmu kepada anak-anak kecil.
·
Dua orang
tersebut adalah Syeikh Ali As Shalihi dan Syeikh Muhammad bin Abdul Aziz Al
Muthawa.
·
Sehingga Syeikh Utsaimin yang saat itu masih kecil belajar
dengan keduanya (Syeikh Ali As Shalihi dan Syeikh Muhammad bin Abdul Aziz Al
Muthawa).
v Perjalanan
beliau dalam menuntut ilmu
·
Diantara
kitab yang beliau baca dan pelajari di awal ia belajar agama adalah :
ü Ilmu Akidah : “Mukhtasor Al Aqiidah Al
Washitiyyah” yang ditulis oleh syeikh Abdurrahman as sadiy sendiri.
ü Ilmu Fikih : “Minhaajussalikin Fiil Fikih” ditulis oleh
syeikh Abdurrahman As Sa’diy.
ü Ilmu Bahasa Arab : “Al-Aajuruumiyah” dan kitab “Alfiyah
ibni malik”
·
Rihlah
menuntut ilmu
ü Kemana saja beliau berpergian dalam menuntut
ilmu? Beliau tidak seperti ulama yang lain, yang diberi kemudahan untuk pergi
ke daerah-darerah dan negara-negara yang banyak, yang mampu rihlah ke berbagai
negeri.
ü Dikisahkan bahwa beliau hanya rihlah ke Riyadh
saja, ketika dibuka di sana beberapa sekolah, akhirnya beliau mendaftar ke
salah satu sekolah tersebut.
ü Tapi inilah yang disebut dengan :
)ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو
الْفَضْلِ الْعَظِيمِ(
(Demikianlah karunia Allah, yang
diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang
besar). Al-Jumuah ayat 4.
ü Beliau belajaranya tidak seperti ulama yang
lain, tidak rihlah (pergi) ke daerah daerah.
ü Tapi dia punya kesungguhan, kemudian ia berdoa,
dan dengan keikhlasan yang ia miliki akhirnya Allah mengangkat keilmuan beliau
di atas yang lain.
ü Beliau hanya belajar di Riyadh kepada ulama
ulama yang ada disana, namun Allah angkat derajatnya sehingga bisa menjadi
ulama sukses seperti ulama-ulama lainnya.
ü Hikmah yang dapat dipetik :
§ Jangan sampai seseorang tertipu oleh syaithan,
diberi kesempatan untuk pergi kesana kemari, tapi ia lalaikan dan habislah waktunya untuk
hal yang sia-sia, dan ia tidak pernah
memanfaatkan kesempatannya untuk belajar dengan para asatidzah yang ada di
sekitarnya.
§ Terkadang ada orang yang mendapati keterbatasan
dalam dirinya, namun dengan keterbatasan yang ada, ia mampu bersungguh-sungguh
dan ikhlas karena Allah Taala, sehingga Allah angkat derajatnya.
§ Allah lah yang mengangkat derajat sesorang,
kalau ia bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, ia beradab dalam menuntut
ilmu, maka Allah mudahkan ia untuk mendapatan ilmu walau hanya dengan
memanfaatkan lingkungan sekitarnya.
§ Namun kalau dimudahkan nantinya diberikan untuk
bertemu masyaikh alhamdulillah, namun kalau belum diberi kesempatan untuk
bertemu masyaikh juga tidak mengapa, yang terpenting ia sudah menggunakan
waktunya sebaik mungkin, memanfaatkan waktunya dengan apa yang ada di
sekitarnya.
§ Jangan sampai seseorang terfitnah dengan
berbagai macam fitnah, baik fitnah dunia, fitnah jabatan, dan fitnah lainnya.
§ Jangan sampai seseorang disibukkan dengan
perkara perkara duniawi sehingga ketika dia pulang ke Indonesia orang-orang
tidak mengambil ilmu darinya.
§ Ia tenggelam begitu saja bersama orang orang yang
tenggelam.
§ Dan hal ini berbeda dengan orang-orang yang
menyibukkan waktunya untuk ilmu, maka ketika ia kembali ke negaranya,
orang-orang akan mengambil manfaat dari ilmunya.
v Syeikh
Utsaimin ditunjuk menjadi imam masjid
·
Setelah
meninggalnya Syeikh Abdurrahman As Sa’diy di Unaizah pada tahun 1376 H, saat
itu umur beliau (Syeikh Abdurrahman As Sa’diy ) 69 tahun.
·
Maka
sebagian masyayikh saat itu ditunjuk menjadi imam di masjid yang diberi nama “Masjid Jami Al Kabir” di Unaizah.
·
Namun itu
tidak berlangsung lama, sampai akhirnya ditunjuklah Syeikh Utsaimin untuk
menjadi imam di masjid tersebut.
·
Dan
akhirnya Syeikh Utsaimin menggantikan gurunya Syeikh Sa’diy mengajar di masjid
tersebut.
·
Kemudian
banyak yang belajar dengan beliau, termasuk asatidzah di Indonesia ada yang
belajar langsung dengan Syeikh Utsaimin pada saat itu.
·
Syeikh
Utsaimin mulai menulis kitab pada tahun 1382 H, pada saat itu umur beliau 32
tahun.
·
Kitab
pertama yang beliau tulis adalah, ringkasan kitab syeikhul islam ibnu taimiyyah
“Ar-Risalah Al-Hamawiyyah Fi al-’Aqidah” dan beliau beri nama kitab tersebut “Fath
Rabb al-Bariyyah Bi Talkhish al-Hamawiyyah”
v Syeikh
Utsaimin di Riyadh
·
Ketika
beliau berada di Riyadh, beliau belajar dari Syeikh Bin Baz (seorang mufti’
Saudi Arabiyyah).
·
Beliau
membaca shahih bukhari dihadapan beliau (Syeikh Bin Baz ) dan beberapa kitab
karangan syeikhul islam ibnu taimiyyah dan beberapa kitab fikih.
·
Pada saat
itu gurunya yang lain, Syeikh Muhammad bin Ibrahim Alusy Syeikh (yang tengah
menjabat menjadi mufti’ Saudi Arabiyyah) pada saat itu, menawarkan Syeikh
Utsaimin untuk menjadi qadhi’ (hakim) namun syeikh utsaimin menolak dan sangat
menolak dan berusaha untuk tidak menjadi seorang hakim, karena beliau ingin
menyibukkan dirinya dengan ilmu saja. Akhirnya beliau dimaafkan untuk tidak
menjadi hakim.
·
Dan ini
yang dilakukan oleh beberapa ulama, yang menolak jabatan karena bisa jadi ia merasa
bahwasannya bila menerima jabatan itu khawatir dirinya lemah maka mereka
berusaha menjauhi jabatan-jabatan dan kedudukan-kedudukan tersebut.
·
Hal ini
tidak diharamkan, karena masing-masing lebih mengethaui dirinya.
·
Ada
diantara para ulama yang menjabat menjadi qadhiy (hakim), dan mereka juga tidak
kalah luar biasa, mereka menulis, kemudian mengajar, kemudian juga menjadi
seorang hakim. Seperti Al Hafidz Ibnu Hajar.
·
Dan ini fadhlullah
yutiihi may yasyaa, dan masing-masing dari mereka (para ulama) memiliki
kelebihan.
v Guru-guru
Syeikh Utsaimin lainnya
·
Syeikh
Muhammad Al Amiin Asyinqithiy (pengarang kitab Adwa Al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an
bil Quran), beliau adalah seorang ulama Madinah yang didatangkan ke Riyadh.
·
Guru di
masa kecilnya : Syeikh Ali Bin Hamid As Shaalihi dan Seyikh Muhammad Bin Abdul
Aziz Al Muthawwa. Dan dari keduanya kita bisa mengambil hikmah bahwa : Jangan
malu untuk mengajar anak-anak kecil, karena mungkin saja di masa kecil ia hanya
seorang anak kecil, namun beberapa tahun kemudian ia yang akan menjadi ulama
besar dan ilmunya bermanfaat bagi banyak orang.
·
Guru Al
Quran beliau : kakeknya Abdurrahman bin Sulayman AAlu Daamikh -rahimahullah-
·
Syeikh Abdurrrahman Bin Ali Bin Audan
v Murid-murid
Syeikh Utsaimin
·
Murid-murid
beliau terlalu banyak untuk disebutkan.
·
Disebutkan oleh muridnya : Yang menghadiri
majelis beliau kurang lebih 500 orang. Yang menjadi murid dan duduk bersama
beliau, dan masing-masing muridnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
v Manhaj
Syeikh Utsaimin
·
Diantara
manhaj beliau di dalam mengajar : Syeikh Al Utsaimin Rahimahullahu Taala,
memiliki ilmu yang mana beliau berjalan dan praktek di atasnya.
·
Perkataan
beliau :
"لقد تأثرت كثيرًا بشيخي عبد الرحمن
السعدي في طريقة التدريس، وعرض العلم، وتقريبه للطلبة بالأمثلة والمعاني"
Artinya : “Aku
banyak terkesan dan terpengaruh dengan guruku syeikh Abdurrahman As Sa’diy di
dalam metode mengajar, dan menyampaikan ilmu, dan di dalam mendekatkan ilmu kepada
murid-muridnya dengan memberikan contoh dan makna dalam mengajar. Demikian
halnya aku terkesan kepada beliau dari sisi akhlaknya. Karena beliau mempunya
akhlak yang mulia dan kedudukan yang tinggi dalam hal ilmu serta ibadah.
Terkadang beliau bercanda dengan anak kecil dan tertawa bersama orang-orang
dewasa. Beliau termasuk orang yang paling baik akhlaknya yang pernah aku
lihat.”
·
Diantara
hikmah : yakni pentingnya mulazzamah dengan seorang guru, karena dengan lamanya
mujalasah (duduk dan menuntut ilmu) kita bersama guru, maka kita akan
terpengaruh dan mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik.
·
Seperti Syeikh
Abdurrazaq juga memiliki perhatian yang besar kepada Syeikh Sa’diy , juga sangat
terpengaruh dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah -semoga
Allah merahmati keduanya-.
·
Manhaj
yang digunakan oleh Syeikh berbeda
dengan ulama-ulama Saudi lainnya, karena mereka adalah ulama Najd yang madzhab
mereka adalah Hanbaliy.
·
Dan Syeikh
Sa’diy ini adalah yang termasuk keluar dari madzhabnya (madzhab hanbaliy).
·
Beliau berusaha
kembali kepada dalil yang paling dekat dengan Al Quran dan As Sunnah.
·
Dan banyak
mengambil pendapat-pendapat yang diambil oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan
muridnya Ibnul Qayyim Al Jauziyah.
·
Dan Syeikh
Utsaimin sangat terpengaruh degan apa yang dilakukan oleh Syeikh Sa’diy,
sehingga kita temukan beliau kerap kali di dalam fatwa-fatwanya berbeda dengan
ulama ulama madzhab hanbaliy lainnya.
v Salah
satu perkataan beliau
·
Kalau kita
benar-benar ingin menuntut ilmu, maka memilih kitab yang ringkas, kemudian
menghafalnya.
·
“Kami
menghafal sedikit dan membaca banyak” dan faedah yang kami dapatkan dari bacaan
kami lebih sedikit dibanding yang kami hafal.
v Karangan
beliau
·
Diantara
karangan beliau, jumlahnya kurang lebih 55 kitab, beliau mensyarah qawaidul
arba dan juga kitab tauhid, dan lain-lain.
·
Dan
diantara keistimewaan karangan beliau adalah bahasan dan penjelasan yang
digunakan sangat mudah dipahami.
v Akhir
hidup beliau
·
Beliau wafat
pada tahun 1421 H bertepatan dengan tahun 2001 M.
·
Di bulan
syawal tanggal 15.
·
Dan di
tahun wafatnya, 10 hari di bulan Ramadhan beliau menyempatkan diri untuk i’tikaf
di masjid nabawi dalam keadaan sakit
·
Dan pada
saat itu beliau masih menyempatkan diri untuk mengajar.
·
Di bulan
syawalnya beliau meninggal.
Tentang kitab Qawaidul Mutsla
Fii Sifaatillah Wa Asmaaihil Husna
v Al
Mutsla : ism tafdhil adalah ta’nis dari amtsal. Artiny
: Yang paling penting.
v Artinya
Qawaidul Mutsla Fii SIfaatillah Wa Asmaaihil Husna : Kaidah-kaidah
yang paling penting di dalam sifat-sifat dan nama-nama Allah yang husna.
v Isi
kitab :
·
Didalam
kitab ini beliau menyampaikan kaidah para salaf di dalam nama Allah dan sifat
Allah.
·
Di dalam
kitab ini kita belajar nama dan sifat Allah, namun pembahasan kitab ini lebih tafshil (rinci) dari kitab yang
telah kita pelajari sebelumnya.
·
Dan juga
disebutkan oleh beliau di dalam kitab ini bagaimana membantah orang-orang yang
menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
·
Secara
global beliau akan menyampaikan :
1.
Kaedah-kaedah
yang berkaitan dengan nama Allah (7 Kaedah)
2.
Kaedah-kaedah
yang berkaitan dengan sifat Allah (7 Kaedah)
3.
Kaedah
dalam mengambil dalil-dalil mengenai sifat dan nama Allah (4 kaedah)
·
Dan ada
beberapa ulama yang memberikan ta’liq dan mensyarh kitab ini, termasuk Syeikh
Utsaimin sendiri juga mensyarh (menjelaskan) matan kitab ini.
· Bahkan ada seorang Bahitsah (penulis resume
perempuan atau semacamnya) yang menulis taliq tentang kitab ini, beliau adalah Kamilah
Al Kawaaniy (atau DR. Kamilah Al Kiwari). Deliau mensyarah kitab qawaidul
mutsla, beliau memberi judul “Al Mujalla Fii Syarh Al Qawaaidul Mutsla
Fii……”
والله تعالى أعلم بالصّوّاب
Catatan Mulazzamah bersama Al Ustadz
Abdullah Roy Hafidzhahullahu Ta’aala.
*Bila ada yang keliru bisa disampaikan
melalui chat di kolom komentar. Baarakallahu fiikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar