Jumat, 15 Januari 2021

Biografi Syeikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin & Sekilas Tentang Kitab Al Qowaidul Mutsla Fi Shifaatillahi Wa Asmaaihil Husna

 

بسم الله الرحمن الرحيم

Al Qowaidul Mutsla Fi Shifaatillahi Wa Asmaaihil Husna

Biografi Syeikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin & Sekilas Tentang Kitab

v  Nama pengarang kitab

Pengarang kitab ini, adalah seseorang yang tidak asing lagi di telinga para salafiyyin dan ahlussunnah, khususnya thalabul ilm. Beliau adalah Syeikh Muhammad ibn Sholih ibn Utsaimin Al Muqbil Al Wuhaibi At Tamiimi. Kunyah beliau adalah Abu Abdillah.

v  Tempat tanggal lahir

Syeikh Utsaimin dilahirkan di kota Unaizah, salah satu kota diantara kota-kota yang ada di Qosim. Beliau dilahirkan tahun 1347 H pada tanggal 27 Ramadhan, bertepatan dengan 29 Maret 1921 M.

v  Pertumbuhan beliau dan kondisi keluarga

·       Syeikh Utsaimin dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang dikenal dengan istiqomahnya, dikenal dengan kebaikannya di dalam agama.

·       Beliau Rahimahullah, di awal mempelajari ilmu agama adalah belajar dengan sebagian keluarga Beliau.

·       Hali ini menunjukkan bahwa keluarga beliau adalah keluarga yang diliputi dengan ilmu agama, ketaatan, dan ibadah.

·       Beliau belajar dari sebagian keluarga beliau.  Seperti misalnya ia belajar dari kakeknya (dari arah ibu).

·       Kakek beliau (dari arah ibu)  adalah seorang ulama yang bernama Abdurrahman bin Sulayman AAlu Daamikh  -rahimahullah-

·       Beliau (Syeikh Utsaimin) membaca dan menyelesaikan hafalan al quran di tangan kakeknya.

·       Kemudian setelah itu beliau mulai menuntut ilmu, hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya mencukupkan diri dengan al qurannya.

·        Al Quran adalah dasar ilmu, sumber ilmu, dan ada baiknya seseorang mempelajari al quran sebagai dasar seluruh ilmu sebelum mempelajari ilmu lainnya.

·       Kemudian beliau mempelajari ilmu khot (kaligrafi) bagaimana cara menulis, dan mempelajari beberapa cabang ilmu adab yaitu keindahan bahasa.

v  Sosok beliau (Syeikh Utsaimin)

·       Beliau rahimahullah diberikan rezeki oleh Allah dengan kecerdasan dan juga kesucian hati.

·       Karena sebagian orang hanya diberikan oleh Allah kecerdasan namun tidak diberikan kesucian hati.

·       Hal ini seperti orang-orang Ahlu Kalam, mereka diberikan kecerdasan namun tidak dibrikan kesucian hati.

·       Sebagaimana perkataan ibnu taimiyyah terhadap orang-orang ahlu kalam :

" أنهم أوتوا فهوماً ولم يؤتوا علوماً, وأوتوا ذكاء ولم يؤتوا زكاء"

“Mereka diberikan kemampuan memahami akan tetapi tidak diberi ilmu, dan mereka diberi kecerdasan akan tetapi tidak diberi kesucian (hati).”

·       Dan beliau, Syeikh Utsaimin diberikan oleh Allah berupa kecerdasan dan kesucian hati.

·       Dan beliau juga diberikan oleh Allah Taala, tekad yang membara dan keinginan yang kuat dalam mendapatkan ilmu agama.

·       Sehingga beliau bersama dengan yang lain memenuhi majelis-majelis ulama  di zaman beliau.

·       Termasuk diantaranya adalah, diantara guru yang beliau pernah belajar darinya  Salah seorang guru beliau adalah Syeikh Abdurrahman Bin Nashir As Sa’diy.

v  Guru Beliau (Syeikh Abdurrahman Bin Nashir As Sa’diy)

·       Adalah salah seorang mufassir  (ahli tafsir)

·       Diantara kitab tafsir karangan beliau yang terkenal adalah Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan (atau sekarang dikenal dengan nama Tafsir As Sa’diy)

·       Beliau adalah salah seorang guru Syeikh Utsaimin.

·       Syeikh Abdurrahman As- Sa’diy  juga seorang ahli fikih, beliau memiliki banyak perhatian yang besar tentang ilmu fikih. Sehingga hal ini memiliki pengaruh terhadap muridnya yaitu Syeikh Utsaimin.

·       Dahulu Syeikh Abdurrahman As Sa’diy mengangkat dua diantara murid-muridnya untuk mengajarkan ilmu kepada anak-anak kecil.

·       Dua orang tersebut adalah Syeikh Ali As Shalihi dan Syeikh Muhammad bin Abdul Aziz Al Muthawa.

·       Sehingga  Syeikh Utsaimin yang saat itu masih kecil belajar dengan keduanya (Syeikh Ali As Shalihi dan Syeikh Muhammad bin Abdul Aziz Al Muthawa).

v  Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu

·       Diantara kitab yang beliau baca dan pelajari di awal ia belajar agama adalah :

ü  Ilmu Akidah : “Mukhtasor Al Aqiidah Al Washitiyyah” yang ditulis oleh syeikh Abdurrahman as sadiy sendiri.

ü  Ilmu Fikih :  “Minhaajussalikin Fiil Fikih” ditulis oleh syeikh Abdurrahman As Sa’diy.

ü  Ilmu Bahasa Arab : “Al-Aajuruumiyah” dan kitab “Alfiyah ibni malik”

·       Rihlah menuntut ilmu

ü  Kemana saja beliau berpergian dalam menuntut ilmu? Beliau tidak seperti ulama yang lain, yang diberi kemudahan untuk pergi ke daerah-darerah dan negara-negara yang banyak, yang mampu rihlah ke berbagai negeri.

ü  Dikisahkan bahwa beliau hanya rihlah ke Riyadh saja, ketika dibuka di sana beberapa sekolah, akhirnya beliau mendaftar ke salah satu sekolah tersebut.

ü  Tapi inilah yang disebut dengan :

)ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ(

(Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar). Al-Jumuah ayat 4.

ü  Beliau belajaranya tidak seperti ulama yang lain, tidak rihlah (pergi) ke daerah daerah.

ü  Tapi dia punya kesungguhan, kemudian ia berdoa, dan dengan keikhlasan yang ia miliki akhirnya Allah mengangkat keilmuan beliau di atas yang lain.

ü  Beliau hanya belajar di Riyadh kepada ulama ulama yang ada disana, namun Allah angkat derajatnya sehingga bisa menjadi ulama sukses seperti ulama-ulama lainnya.

ü  Hikmah yang dapat dipetik :

§  Jangan sampai seseorang tertipu oleh syaithan, diberi kesempatan untuk pergi kesana kemari,  tapi ia lalaikan dan habislah waktunya untuk hal yang sia-sia,  dan ia tidak pernah memanfaatkan kesempatannya untuk belajar dengan para asatidzah yang ada di sekitarnya.

§  Terkadang ada orang yang mendapati keterbatasan dalam dirinya, namun dengan keterbatasan yang ada, ia mampu bersungguh-sungguh dan ikhlas karena Allah Taala, sehingga Allah angkat derajatnya.

§  Allah lah yang mengangkat derajat sesorang, kalau ia bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, ia beradab dalam menuntut ilmu, maka Allah mudahkan ia untuk mendapatan ilmu walau hanya dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya.

§  Namun kalau dimudahkan nantinya diberikan untuk bertemu masyaikh alhamdulillah, namun kalau belum diberi kesempatan untuk bertemu masyaikh juga tidak mengapa, yang terpenting ia sudah menggunakan waktunya sebaik mungkin, memanfaatkan waktunya dengan apa yang ada di sekitarnya.

§  Jangan sampai seseorang terfitnah dengan berbagai macam fitnah, baik fitnah dunia, fitnah jabatan, dan fitnah lainnya.  

§  Jangan sampai seseorang disibukkan dengan perkara perkara duniawi sehingga ketika dia pulang ke Indonesia orang-orang tidak mengambil ilmu darinya.

§  Ia tenggelam begitu saja bersama orang orang yang tenggelam.

§  Dan hal ini berbeda dengan orang-orang yang menyibukkan waktunya untuk ilmu, maka ketika ia kembali ke negaranya, orang-orang akan mengambil manfaat dari ilmunya.

v  Syeikh Utsaimin ditunjuk menjadi imam masjid

·       Setelah meninggalnya Syeikh Abdurrahman As Sa’diy di Unaizah pada tahun 1376 H, saat itu umur beliau (Syeikh Abdurrahman As Sa’diy ) 69 tahun.

·       Maka sebagian masyayikh saat itu ditunjuk menjadi imam di masjid yang diberi nama  “Masjid Jami Al Kabir” di Unaizah.

·       Namun itu tidak berlangsung lama, sampai akhirnya ditunjuklah Syeikh Utsaimin untuk menjadi imam di masjid tersebut.

·       Dan akhirnya Syeikh Utsaimin menggantikan gurunya Syeikh Sa’diy mengajar di masjid tersebut.

·       Kemudian banyak yang belajar dengan beliau, termasuk asatidzah di Indonesia ada yang belajar langsung dengan Syeikh Utsaimin pada saat itu.

·       Syeikh Utsaimin mulai menulis kitab pada tahun 1382 H, pada saat itu umur beliau 32 tahun.

·       Kitab pertama yang beliau tulis adalah, ringkasan kitab syeikhul islam ibnu taimiyyah “Ar-Risalah Al-Hamawiyyah Fi al-’Aqidah” dan beliau beri nama kitab tersebut “Fath Rabb al-Bariyyah Bi Talkhish al-Hamawiyyah”

v  Syeikh Utsaimin di Riyadh

·       Ketika beliau berada di Riyadh, beliau belajar dari Syeikh Bin Baz (seorang mufti’ Saudi Arabiyyah).

·       Beliau membaca shahih bukhari dihadapan beliau (Syeikh Bin Baz ) dan beberapa kitab karangan syeikhul islam ibnu taimiyyah dan beberapa kitab fikih.

·       Pada saat itu gurunya yang lain, Syeikh Muhammad bin Ibrahim Alusy Syeikh (yang tengah menjabat menjadi mufti’ Saudi Arabiyyah) pada saat itu, menawarkan Syeikh Utsaimin untuk menjadi qadhi’ (hakim) namun syeikh utsaimin menolak dan sangat menolak dan berusaha untuk tidak menjadi seorang hakim, karena beliau ingin menyibukkan dirinya dengan ilmu saja. Akhirnya beliau dimaafkan untuk tidak menjadi hakim.

·       Dan ini yang dilakukan oleh beberapa ulama, yang menolak jabatan karena bisa jadi ia merasa bahwasannya bila menerima jabatan itu khawatir dirinya lemah maka mereka berusaha menjauhi jabatan-jabatan dan kedudukan-kedudukan tersebut.

·       Hal ini tidak diharamkan, karena masing-masing lebih mengethaui dirinya.

·       Ada diantara para ulama yang menjabat menjadi qadhiy (hakim), dan mereka juga tidak kalah luar biasa, mereka menulis, kemudian mengajar, kemudian juga menjadi seorang hakim. Seperti Al Hafidz Ibnu Hajar.

·       Dan ini fadhlullah yutiihi may yasyaa, dan masing-masing dari mereka (para ulama) memiliki kelebihan.

v  Guru-guru Syeikh Utsaimin lainnya

·       Syeikh Muhammad Al Amiin Asyinqithiy (pengarang kitab Adwa Al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an bil Quran), beliau adalah seorang ulama Madinah yang didatangkan ke Riyadh.

·       Guru di masa kecilnya : Syeikh Ali Bin Hamid As Shaalihi dan Seyikh Muhammad Bin Abdul Aziz Al Muthawwa. Dan dari keduanya kita bisa mengambil hikmah bahwa : Jangan malu untuk mengajar anak-anak kecil, karena mungkin saja di masa kecil ia hanya seorang anak kecil, namun beberapa tahun kemudian ia yang akan menjadi ulama besar dan ilmunya bermanfaat bagi banyak orang.

·       Guru Al Quran beliau : kakeknya Abdurrahman bin Sulayman AAlu Daamikh  -rahimahullah-

·       Syeikh Abdurrrahman Bin Ali Bin Audan

v  Murid-murid Syeikh Utsaimin

·       Murid-murid beliau terlalu banyak untuk disebutkan.

·        Disebutkan oleh muridnya : Yang menghadiri majelis beliau kurang lebih 500 orang. Yang menjadi murid dan duduk bersama beliau, dan masing-masing muridnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

v  Manhaj Syeikh Utsaimin

·       Diantara manhaj beliau di dalam mengajar : Syeikh Al Utsaimin Rahimahullahu Taala, memiliki ilmu yang mana beliau berjalan dan praktek di atasnya.

·       Perkataan beliau :

"لقد تأثرت كثيرًا بشيخي عبد الرحمن السعدي في طريقة التدريس، وعرض العلم، وتقريبه للطلبة بالأمثلة والمعاني"

 Artinya : “Aku banyak terkesan dan terpengaruh dengan guruku syeikh Abdurrahman As Sa’diy di dalam metode mengajar, dan menyampaikan ilmu, dan di dalam mendekatkan ilmu kepada murid-muridnya dengan memberikan contoh dan makna dalam mengajar. Demikian halnya aku terkesan kepada beliau dari sisi akhlaknya. Karena beliau mempunya akhlak yang mulia dan kedudukan yang tinggi dalam hal ilmu serta ibadah. Terkadang beliau bercanda dengan anak kecil dan tertawa bersama orang-orang dewasa. Beliau termasuk orang yang paling baik akhlaknya yang pernah aku lihat.”

·       Diantara hikmah : yakni pentingnya mulazzamah dengan seorang guru, karena dengan lamanya mujalasah (duduk dan menuntut ilmu) kita bersama guru, maka kita akan terpengaruh dan mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik.

·       Seperti Syeikh Abdurrazaq juga memiliki perhatian yang besar kepada Syeikh Sa’diy , juga sangat terpengaruh dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah -semoga Allah merahmati keduanya-.

·       Manhaj yang digunakan oleh Syeikh  berbeda dengan ulama-ulama Saudi lainnya, karena mereka adalah ulama Najd yang madzhab mereka adalah Hanbaliy.

·       Dan Syeikh Sa’diy ini adalah yang termasuk keluar dari madzhabnya (madzhab hanbaliy).

·       Beliau berusaha kembali kepada dalil yang paling dekat dengan Al Quran dan As Sunnah.

·       Dan banyak mengambil pendapat-pendapat yang diambil oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim Al Jauziyah.

·       Dan Syeikh Utsaimin sangat terpengaruh degan apa yang dilakukan oleh Syeikh Sa’diy, sehingga kita temukan beliau kerap kali di dalam fatwa-fatwanya berbeda dengan ulama ulama madzhab hanbaliy lainnya.

v  Salah satu perkataan beliau

·       Kalau kita benar-benar ingin menuntut ilmu, maka memilih kitab yang ringkas, kemudian menghafalnya.

·       “Kami menghafal sedikit dan membaca banyak” dan faedah yang kami dapatkan dari bacaan kami lebih sedikit dibanding yang kami hafal.

v  Karangan beliau

·       Diantara karangan beliau, jumlahnya kurang lebih 55 kitab, beliau mensyarah qawaidul arba dan juga kitab tauhid, dan lain-lain.

·       Dan diantara keistimewaan karangan beliau adalah bahasan dan penjelasan yang digunakan sangat mudah dipahami.

v  Akhir hidup beliau

·       Beliau wafat pada tahun 1421 H bertepatan dengan tahun 2001 M.

·       Di bulan syawal tanggal 15.

·       Dan di tahun wafatnya, 10 hari di bulan Ramadhan beliau menyempatkan diri untuk i’tikaf di masjid nabawi dalam keadaan sakit

·       Dan pada saat itu beliau masih menyempatkan diri untuk mengajar.

·       Di bulan syawalnya beliau meninggal.

 

Tentang kitab Qawaidul Mutsla Fii Sifaatillah Wa Asmaaihil Husna

v  Al Mutsla : ism tafdhil adalah ta’nis dari amtsal. Artiny : Yang paling penting.

v  Artinya Qawaidul Mutsla Fii SIfaatillah Wa Asmaaihil Husna : Kaidah-kaidah yang paling penting di dalam sifat-sifat dan nama-nama Allah yang husna.

v  Isi kitab :

·       Didalam kitab ini beliau menyampaikan kaidah para salaf di dalam nama Allah dan sifat Allah.

·       Di dalam kitab ini kita belajar nama dan sifat Allah, namun pembahasan kitab ini  lebih tafshil (rinci) dari kitab yang telah kita pelajari sebelumnya.

·       Dan juga disebutkan oleh beliau di dalam kitab ini bagaimana membantah orang-orang yang menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.

·       Secara global beliau akan menyampaikan :

1.      Kaedah-kaedah yang berkaitan dengan nama Allah (7 Kaedah)

2.      Kaedah-kaedah yang berkaitan dengan sifat Allah (7 Kaedah)

3.      Kaedah dalam mengambil dalil-dalil mengenai sifat dan nama Allah (4 kaedah)

·       Dan ada beberapa ulama yang memberikan ta’liq dan mensyarh kitab ini, termasuk Syeikh Utsaimin sendiri juga mensyarh (menjelaskan) matan kitab ini.

·       Bahkan ada seorang Bahitsah (penulis resume perempuan atau semacamnya) yang menulis taliq tentang kitab ini, beliau adalah Kamilah Al Kawaaniy (atau DR. Kamilah Al Kiwari). Deliau mensyarah kitab qawaidul mutsla, beliau memberi judul “Al Mujalla Fii Syarh Al Qawaaidul Mutsla Fii……”

والله تعالى أعلم بالصّوّاب

Catatan Mulazzamah bersama Al Ustadz Abdullah Roy Hafidzhahullahu Ta’aala.

*Bila ada yang keliru bisa disampaikan melalui chat di kolom komentar. Baarakallahu fiikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar