“Kenapa
Jangan Malas Menuntut Ilmu?”
Abu Hurairah رضي الله عنه ia
berkata bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Siapa yang menempuh jalan untuk
mencari ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke Syurga.” (HR. Muslim).
Ternyata menuntut
ilmu adalah sebuah jalan menuju Syurga, karena dengan ilmu, seseorang akan
memahami perkara agama ini dengan shahih (benar). Namun sayang, rasa
malas kerap kali menimpa penuntut ilmu. Dengan mengatasnamakan lelah, atau penat kemudian ia berhenti dan tanpa
sadar malah menjauh dari jalan yang benar. Ingatlah perkataan Rasulullah ﷺ bahwa : “Syurga itu diliputi
perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi
perkara-perkara yang disukai syahwat (hawa nafsu)” (HR. Muslim). Maka, seorang
penuntut ilmu haruslah menguatkan niatnya untuk tetap berada di jalan menuju
Syurga jangan sampai dikalahkan oleh syahwat yang justru mengantarkannya ke
dalam neraka –naudzubillahi min dzaalik-.
Salah satu
solusi agar seorang penuntut ilmu bisa mengatasi rasa malas yang hadir di
tengah perjalananya, adalah dengan mengetahui keutamaan menuntut ilmu, beberapa
keutamaan menuntut ilmu yakni :
1. Allah mengangkat derajat orang yang menuntut ilmu.
Allah berfirman, “Allah mengangkat orang-orang yang
beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11) .
2. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia
maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu), sedekah jariyah, ilmu
yang dimanfaatkan, dan doa anak yang saleh.”
3. Orang berilmu adalah orang yang takut kepada Allah.
Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Fathir : 28)
4. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar.
Allah berfirman, “Allah menganugerahkan Al-Hikmah
(pemahaman yang benar terhadap Al-Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak.” (QS. Al-Baqarah : 269)
5. Ilmu adalah tanda kebaikan Allah kepada seseorang.
Dari Mu’awiyah, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki
mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan membuat dia paham tentang
agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Diperbolehkan hasad kepada ahli ilmu.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه, ia berkata bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali pada
dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya
dalam kebenaran serta orang yang diberi karunia ilmu (Al-Quran dan As-Sunnah)
lalu ia amalkan dan mengerjakannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
7. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu.
Dalam hadits dari Abu Ad-Darda’ رضي الله عنه disebutkan, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “ Sungguh para malaikat
membentangkan sayapnya karena sebagai tanda ridha terhadap penuntut ilmu.” (HR.
Abu Dawud dan Ibnu Majah).
8. Ahli ilmu lebih utama dibandingkan ahli ibadah.
Nabi ﷺ bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah adalah
sepeti keutamaanku atas orang yang paling rendah dari kalian.” (HR. Tirmidzi)
Setelah
memahami keutamaan penuntut ilmu, hal yang juga perlu dimiliki oleh seorang
penuntut ilmu adalah bekal, sehingga perjalanan meraihnya dapat dilalui dengan
mudah dan benar. Imam As Syafi’I telah menyebutkan dalam syairnya :
“Akhi, kalian tidak akan pernah mendapatkan
ilmu kecuali dengan 6 perkara ini, akan aku kabarkan kepadamu secara terperinci
yaitu dzakaa-un (kecerdasan), hirsun (semangat), ijtihaadun
(cita-cita yang tinggi), bulghatun (bekal), mulazamatul
ustadzi (duduk dalam majelis bersama ustadz), tuuluzzamani
(waktu yang panjang).”
Imam As Syafi’iy pun menyebutkan dalam
kitab Diwan beberapa bekal menuntut ilmu :
1. Mengikhlaskan niat karena Allah. Karena setiap amalan yang kita
lakukan diawali dengan niat, maka niat yang benar akan menghasilkan pahala.
Serta ilmu yang dicari tanpa rasa ikhlas hanya mengharap wajah Allah, akan
menimbulkan sikap sombong, riya, dan sum’ah bagi pelakunya.
2. Menghindar dari perbuatan dosa dan maksiat. Suatu hari,
Imam Syafi’I mengadu kepada gurunya Syaikh Waki’ tentang hafalannya yang lemah.
Syaikh Waki’ pun memberikan nasihat agar imam Syafi’I meninggalkan maksiat; sebab
ilmu itu cahaya; dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang suka
bermaksiat.
3. Menuntut ilmu sejak dini. Imam Syafi’I pernah berkata, “Siapa
yang kehilangan waktu belajar pada waktu mudanya, maka takbirkan untuknya
sebanyak empat kali; anggap saja ia sudah mati.
4. Mencatat semua ilmu yang didapat dan didengar. Sebab, ilmu
itu bagaikan binatang buruan, sedangkan menulis adalah pengikatnya. Maka
ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat agar ia tak lepas, begitu pula ilmu yang
bisa hilang bila tak dicatat dalam sebuah buku.
5. Bersabar atas bimbingan syaikh/guru. Sebab guru
adalah sosok yang membimbing penuntut ilmu memahami pelajaran, dan melaluinya
butuh rasa sabar.
6. Mengatur waktu dengan baik. Pembaca yang dirahmati oleh Allah,
ilmu itu sangat banyak dan luas sampai
disebutkan oleh sebagian ahli balaghah, bahwa “Ilmu itu bagaikan lautan” dan
tidak ada makhluk di muka bumi ini yang mengetahui dan menguasai seluruh ilmu.
Karena, itu seorang penuntut ilmu harus mengatur waktu belajarnya dengan baik,
supaya banyak belajar dan mengetahui banyak ilmu.
7. Menikmati ilmu yang dipelajari. Sebab dengan menikmati ilmu,
seseorang akan bersemangat mencarinya.
8. Bergaul dengan orang berilmu dan saleh. Sebab,
berteman dengan mereka sangat bermanfaat dan bergaul dengan mereka akan membawa
keuntungan.
9. Merantau untuk mencari ilmu. Imam Syafi’I pernah berkata,
“Merantaulah, karena engkau akan mendapat ganti yang lebih baik dari apa yang
engkau tinggalkan.”
10. Menghargai pendapat orang lain. Ketika seorang penuntut ilmu
sedang berdiskusi dengan guru atau temannya maka hormatilah pandangan orang
lain. Karena tentu engkau juga ingin pendapatmu dihargai, janganlah sombong
atau keras kepala.
11.
Jangan pernah puas dengan ilmu. Imam
Syafi’i pernah berkata, “Setiap ilmuku
bertambah. Maka bertambah pula
pengetahuanku dan kebodohanku.”
Setelah
memahami dua poin diatas, salah satu hal yang juga tidak boleh terlupakan oleh
penuntut ilmu adalah doa. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad ﷺ)
tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi
(perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS.
Al-Baqarah : 186).
Ilmu adalah
karunia yang Allah berikan kepada hamba-hamba pilihan, untuk mendapatkannya
bukan sekedar memerlukan niat dan usaha, namun doa dan permintaan untuk
mendapatkannya juga harus selalu dipanjatkan. Salah satunya adalah doa yang
kerap kali kita baca ketika dzikir pagi, “Allahumma innii as-aluka ‘ilman
naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa. (Ya Allah, sungguh
aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki
yang halal dan amal yang diterima).”
Terakhir,
teruntuk penulis pribadi dan pembaca yang dirahmati oleh Allah, semangatlah
dalam menuntut ilmu dan buanglah rasa malas. Niatkan setiap langkah ikhlas
hanya mengharap ridha Allah, belajarlah dengan tekun dan sungguh-sungguh,
amalkan setiap ilmu yang kau miliki di dalam kehidupan, serta berdoa kepada
Allah agar selalu dikaruniakan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
Terutama, ilmu yang dapat mengantarkan dan memudahkan jalan kita menuju
Syurga-Nya.
Wallahu Taala A’lam Bis Shawab.
Ditulis oleh : Bintu Haris
Sumber
Tulisan :
1.
Al
Quran
2.
Hadis
Bukhori dan Muslim dan Kutubus Sittah.
3.
Imam
Badrudin Ibnu Jama’ah, (672 H) Tadzkirotus Sami’ Wal Mutakallim.
4.
Syaikh
Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin, (1434 H) Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi.
5.
Muhammad
Yasir, (1441 H) Buku Berjalan Jauh Mencari Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar